Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com
Makan Saja Sesuai Anjuran "Dokter" Maka Stamina Engkau akan Kuat Selama Puasa
Santai dan Biarkan Mengalir Saat Bekerja
Lari dari satu kelas ke kelas lain juga membutuhkan stamina yang lebih dibandingkan engkau yang mungkin hanya duduk di depan komputer. Belum lagi kelas tetangga yang tidak ada guru bikin ribut, maka mau tidak mau harus mendiamkan mereka sejenak. Ini hampir sama dengan olahraga pagi. Jangan tanya, apakah anak-anak tidak lelah ribut terus padahal mereka puasa? Saya pun heran dengan itu. Anak-anak yang biasanya ribut di kelas, saat bulan puasa ya sama saja.
Seperti biasa, saya membiarkan semua proses belajar seperti biasanya. Anak-anak yang biasanya ribut di dalam kelas jika 'disumpal' dengan pertanyaan rumit akan diam sesaat.
Strategi di dalam harus saya ubah sebisa mungkin agar suasana di dalam kelas lebih tenang sehingga tidak menguras banyak tenaga. Saya bisa memprediksi, jika membalas dengan teriakan, maka anak-anak itu akan kembali berteriak. Jika saya diamkan, memberikan beberapa soal sesuai materi pesantren kilat yaitu keagamaan, maka mereka akan bekerja.
Stamina yang kuat sekalipun jika tidak santai dalam menghadapi tabiat anak-anak di sekolah tetap saja lelah pada akhirnya. Saya pikir, di mana-mana anak-anak tingkat SMP itu sama karena mereka sedang berproses, pubertas tahap awal yang mencari perhatian dan perkembangan anak zaman now dengan ribuan alasan untuk malas belajar.
Atur Waktu dari Fajar sampai Berbuka
Saya biasanya mencatat beberapa hal yang perlu dilakukan dalam sehari-hari. Maka, selama bulan puasa saya juga melakukan hal demikian. Saya sadar bahwa stamina selama puasa tidaklah sebaik hari-hari biasa. Maka untuk aktivitas menulis saya kerahkan pikiran malam hari atau sehabis sahur. Di mana pikiran lebih tenang, perut terisi dan bahkan bisa memakan cemilan sembari menyentuh ide liar di mana-mana.
Waktu yang diatur dengan baik ini tak lain adalah 'stamina' yang paling kuat untuk menjalankan ibadah puasa. Saya merasa, jika tidak mengatur waktu ini maka deadline menulis, penilaian terhadap aktivitas siswa selama bulan puasa, tidaklah tercapai targetnya. Tak ada guna bagi saya makan banyak makanan sehabis buka dan sahur jika kemudian hanya membawa kantuk berkepanjangan.
Makan sedikit, stamina terjaga itu lebih baik. Maka, kebiasaaan ini membuat saya tidak ingin makan ini dan itu selama berbuka atau sahur. Saya sudah paham ritme tubuh dalam menjaga stamina selama berpuasa. Saya tahu juga kapan harus tidur dan kapan harus mengetik. Semuanya seirama, meskipun dari menulis blog nanti hasil yang didapat tidak maksimal karena tulisan orang lain lebih baik, saya lebih bangga kepada diri sendiri yang tidak bolong puasa.
Stamina itu kita sendiri yang jaga. Saya tahu kapan badan terasa lelah. Saya tahu bagaimana menyiasati tubuh yang lemas padahal harus menuangkan ide menulis atau menyelesaikan tugas sebagai guru. Saya biarkan semua mengalir seirama fajar ke senja. Toh, walau tidak dikejar asalkan target tercapai lebih dari cukup untuk dijalani!