Bang Auky
Bang Auky Freelancer

Pariwisata adalah locomotif ekonomi baru dimana banyak gerbong yang mengikuti dari UMKM, Transportasi, Pemandu Wisata, Hotel dan Restoran, Seniman, Souvenir dan mitra-mitra pariwisata yang lain.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Sound Of Borobudur Irama Peradaban dari Magelang Indonesia

11 Mei 2021   23:17 Diperbarui: 11 Mei 2021   23:24 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sound Of Borobudur Irama Peradaban dari Magelang Indonesia
Dok. Japung Nusantara.

Borobudur, siapa yang tak kenal dengan Candi Borobudur yang juga merupakan satu dari tujuh keajaiban dunia. Candi yang megah ini juga pusat ibadah umat Buda terbesar di dunia. 

Candi yang dibangun pada masa wangsa Syailendra ini terdapat 1.460 panil relief cerita dan 1.212 panil relief dekoratif. Berbagai kisah yang mengandung nilai pengetahuan dan pesan moral yang dikelola oleh para leluhur.

Dari ribuan relief yang ada satu relief yang yang spesial yang mencirikan permusikan. Relief tersebut bernama Karmawibhangga yang berisi tentang hukum sebab akibat. Dimana semua yang kita lakukan memiliki hubungan sebab akibat. 

Perbuatan baik yang kita lakukan akan berbuah manis,  sedangkan perbuatan jahat yang kita lakukan akan berakibat penderitaan. Dan juga digambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa Kuno seperti berkesenian seperti tari dan musik

Dalam panel relief  Karmawibhangga terdapat lebih dari sepuluh relief  menggambarkan penggunaan 4 jenis alat musik, yaitu jenis idiophone (kentongan dan kerincingan), membraphone (gendang, kentingan), chardophone (alat musik dawai / senar petik dan gesek), dan jenis alat musik aerophone (alat musik tiup ).

Dari sinilah lahir Komposisi "Sound of Borobudur" yang memukau dunia. Dengan komposisi  Ali Gardy memainkan seruling dan Gasona - dawai dari relief nomor 151, Redy Eko Prastyo memainkan Solawa - dawai dari relief nomor 125, Rayhan Sudrajat memainkan Gasola - dawai dari relief nomor 102, John Arief memainkan kendang, Agus Wayan Joko Prihatin memainkan dawai kreasi yang juga dibuat oleh Ali Gardy, dan Trie Utami pada vokal voicing.*

Alat musik yang digali dari peradaban nenek moyang abad ke-8 tanpa adanya partitur dan juga tuning musik. Namun ditangan orang-orang yang mencintai musik dan Indonesia. Salah satu pembuktian bahwa peradaban nenek moyang kita juga mendunia. Dan kini Borobudur kembali berbunyi. Apalagi kawasan Candi Borobudur sudah ditetapkan sebagai kawasan wisata super prioritas. 

*Sumber: Japung Nusantara. 

(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng |)

 

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun