belajar menulis, sambil ngopi tipis tipis... mencoba berbagi, walaupun hanya "sakndulit"...
Behind The Scene Lontong, Kuliner Khas Indonesia
Hari raya Lebaran identik dengan hidangan-hidangan lezat yang membuat air liur kita meleleh. Salah satu hidangan yang sering disajikan adalah lontong, makanan khas Indonesia yang terbuat dari beras dan dibungkus dengan daun pisang. Selain pada saat Lebaran, lontong juga sering dijadikan sebagai makanan sehari-hari dan jajanan yang dijual di pasar-pasar tradisional. Namun, tahukah kamu bahwa lontong memiliki sejarah dan asal-usul yang menarik? Mari kita simak bersama-sama bagaimana lontong bermula dan berkembang hingga menjadi makanan favorit di banyak negara Asia Tenggara.
Lontong dan ketupat, dua hidangan yang sama-sama khas terbuat dari beras dan dikukus, sering ditemukan sebagai menu utama disajikan dengan lauk pelengkap. Meskipun ketupat lebih terkenal pada perayaan Lebaran, banyak keluarga yang masih menyajikan lontong di meja makan mereka. Namun, dari mana asal-usul lontong? Dan mengapa perlu ada lontong dan ketupat jika keduanya memiliki fungsi yang sama?
Salah satu perbedaan antara lontong dan ketupat terletak pada pembungkusnya. Ketupat dibungkus dengan daun kelapa muda atau janur yang dianyam, sedangkan lontong biasanya dibungkus dengan daun pisang. Perbedaan ini dapat dihubungkan dengan asal-usul munculnya lontong.
Sebagai alternatif nasi yang telah menjadi makanan pokok di Indonesia, lontong memiliki sejarah yang terkait dengan munculnya tradisi makan ketupat. Tradisi ini tak terlepas dari aktivitas penyiaran agama Islam di Jawa oleh salah satu anggota Wali Songo, Sunan Kalijaga. Ketupat muncul lebih awal sebagai sarana untuk membantu Sunan Kalijaga mendekatkan diri dengan masyarakat.
Sunan Kalijaga memilih ketupat karena masih besarnya rasa hormat kepada Dewi Sri sebagai dewi pertanian dan kesuburan yang dianggap sebagai dewi tertinggi. Selain itu, motif geografis juga menjadi penyebab hadirnya ketupat. Saat itu, daerah penyebaran Islam yang menjadi wilayah penugasan Sunan Kalijaga berlokasi di Demak yang merupakan daerah pesisir yang banyak ditemui pohon kelapa.
Meskipun sudah mengenalkan ketupat di Demak, Sunan Kalijaga menyadari bahwa tak semua daerah bisa dengan mudah memperoleh bahan baku ketupat. Daun kelapa muda atau janur yang digunakan untuk membungkus ketupat hanya tumbuh di wilayah pesisir. Maka, Sunan Kalijaga menciptakan lontong dengan pembungkus yang lebih mudah ditemukan di manapun, yaitu daun pisang.
Keberadaan lontong banyak ditemukan pada menu makanan sehari-hari dan sering dijual dengan variasi isian sebagai jajanan yang bisa disantap bersama dengan gorengan. Aroma daun pisang yang menjadi pembungkus makanan ini menjadi nilai tambah bagi lontong. Kini, lontong bahkan telah menyebar ke negara-negara Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam, yang memiliki menu makanan utama yang dimodifikasi dengan lontong.
Sebagai salah satu makanan khas Indonesia, lontong memiliki sejarah yang kaya dan unik. Dari awalnya sebagai alternatif ketupat yang lebih mudah didapatkan bahan baku dan teknik pembuatannya, kini lontong telah menjadi bagian dari kebudayaan dan kuliner Indonesia yang diakui hingga mancanegara.