Merawat Cinta untuk Ramadan yang Telah Pergi
" Sesungguhnya kadar cinta seseorang akan diuji saat berpisah dengan sesuatu yang dicintainya " (Imam Al Ghazali )
Ramadan, kata yang satu ini tentu tak bisa lepas dari ingatan. Sebagai orang beriman, kita pasti punya rasa cinta pada Ramadan.
Ya, siapa yang takkan jatuh cinta dengan Ramadan. Limpahan rahmat dan kebaikan yang tercurah, keburukan dan dosa yang dicegah, ganjaran pahala berlipat ganda dan juga ampunan atas semua dosa menjadi daya tarik yang membuat semua orang ingin berada di sisinya. Siapa yang tak ingin semua itu. Tentu tak ada yang akan menolak bukan ?
Melihat kepada begitu besarnya kebaikan yang diberikan Ramadan, bagaimana dengan rasa cinta kita padanya ? Seberapa besarkah rasa cinta itu ?
Tentunya jawabannya tak cukup hanya diungkapkan dengan kata-kata. Tapi dalam bentuk aksi nyata.
Berpuasa, menahan segala godaan nafsu, melaksanakan shalat malam, bersedekah, membaca Alquran, meramaikan masjid, menebar kebaikan dan meninggalkan perbuatan dosa adalah bentuk dari rasa cinta kita pada Ramadan yang telah kita buktikan selama ini.
Namun sayang, pertemuan kita dengan Ramadan begitu singkat. Padahal kita tentu saja ingin berlama-lama dengannya. Segala kebaikan yang diberikan Ramadan telah membuat kita benar-benar jatuh cinta padanya.
Nah, ketika Ramadan tiba-tiba meninggalkan kita, bagaimana dengan rasa cinta yang selama ini mulai tumbuh ? Apakah akan tetap kita pelihara ? Atau kita biarkan memudar dan mati perlahan ? Ini tentunya menjadi sebuah ujian bagi kita.
Imam Al Ghazali pernah berkata ,
" Sesungguhnya kadar cinta seseorang akan diuji saat berpisah dengan sesuatu yang dicintainya."