Ramadan dan Keberagaman Nusantara
Ketika Ramadan, banyak sekali kita lihat masyarakat berlomba melakukan perbuatan baik. Ketika Ramadan, banyak sekali kita lihat masjid, mushola penuh, berlomba melakukan ibadah. Wajar, karena Ramadan merupakan bulan penuh keberkahan. Berbagai pahala diberikan Allah SWT di bulan yang suci ini. Tak heran jika banyak masyarakat berlomba melakukan ibadah dan berbuat baik.
Jauh sebelum Ramadan, tidak sedikit dari masyarakat kita yang justru gemar melakukan perilaku yang sebaliknya. Menebar kebencian di media sosial. Menebar berita bohong. Hingga melakukan provokasi, hanya karena dirinya merasa paling benar. Perasaan paling benar ini tentu bukan tanpa sebab. Hal ini tak bisa dilepaskan dari maraknya propaganda radikalisme di media sosial. Karena radikalisme, keberagaman di negeri ini terus dipersoalkan. Merasa bagian dari mayoritas, sampai minoritas menjadi sebuah persoalan yang harus terus diperdebatkan.
Padahal, Indonesia adalah negara yang sangat beragam. Indonesia mempunyai kekayaan suku, agama, bahasa dan budaya. Keragaman tersebut merupakan keniscayaan yang tak bisa dibantah dan dilawan. Karena hal tersebut merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita semua. Bahkan. Jauh sebelum Islam masuk ke Jawa pun, keragaman itu sudah ada. Kultur masyarakat ketika itu sudah ada yang memeluk agama Hindu, Budha, bahkan masih ada yang menganut aliran kepercayaan. Ketika Islam masuk, Kristen masuk, semuanya itu masih ada hingga saat ini. Artinya, karakter masyarakat Indonesia pada dasarnya sangat terbuka.
Jika sekarang ini bibit kebencian yang mengatasnamakan agama, dengan merasa paling benar dan menilai pihak yang berbeda sebagai bagian dari yang salah, tentu menjadi hal yang sangat memprihatinkan. Kenapa? Karena hal tersebut pada dasarnya bukan menjadi karakter masyarakat Indonesia. Kita semua adalah toleran, gotong royong, saling menghargai dan menghormati. Banyak nilai kearifan lokal yang bisa kita jadikan pembelajaran hingga saat ini. Karena itulah menjadi heran, jika ada orang Indonesia yang bersikap intoleran.
Faktanya, intoleransi dan radikalisme menjadi ancaman baru bagi Indonesia dan sejumlah negara. Jika terus dibiarkan, bibit negatif ini bisa terus membesar dan mendekatkan kita semua pada radikalisme dan terorisme. Berawal dari kebencian terhadap keberagaman, berkembang menjadi kebencian terhadap pemerintah. Ketika diprovokasi dengan ayat-ayat jihad, tidak sedikit dari sebagian masyarakat kita yang menjadi korban.
Mari kita jadikan semangat Ramadan ini untuk introspeksi. Jangan biarkan diri kita dikendalikan kebencian terhdap keberagaman dan perbedaan. Ingat, keberagaman atau perbedaan di Indonesia, pada dasarnya merupakan anugerah dari Tuhan yang harus dijaga. Keberagaman di Indonesia merupakan keniscayaan yang tidak bisa dibantau dan dilawan.
Mari kita tetap saling mengharga dan menghormati, serta tolong menolong antar sesama tanpa harus melihat latar belakangnya. Mari hidup berdampingan dalam keberagaman, agar toleransi dan perdamaian di negeri ini tetap terjaga. Salam.