Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.
Idul Fitri, Sebuah Awal dari Kemenangan
Lebaran sebentar lagi datang. Pemerintah menetapkan Hari Raya Idul Fitri 2021 atau 1 Syawal 1442 Hijriyah tiba pada Kamis, tanggal 13/5/2021.
Hari raya yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam. Hati plong menyambut hari raya dengan gema takbir, kegembiraan, perayaan, kemeriahan hidangan, berkumpul bersama sanak saudara, tabuhan beduk, bahkan ditandai dengan letusan petasan.
Ekspresi senang berjumpa dengan hari kemenangan, setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh.
Sesungguhnya kemenangan atas apa? Akankah kemenangan itu berakhir setelah Idul Fitri usai?
***
Bawang merah dapat dikonsumsi mentah bersama kecap dan cabai rawit, atau diolah bersama bahan lain menjadi bumbu masakan yang lezat. Disebut bawang goreng kalau diiris tipis dan digoreng.
Ketika mengiris-irisnya, bawang merah menguarkan senyawa sin-propanatial-S-oksida yang merangsang kelenjar air mata. Demikian pula saat melepas satu persatu sisik-sisik (kelopak) yang membentuk umbi itu sampai ke kuncup paling dalam, maka pedih kian menyiksa. Memicu keluarnya air mata.
Setelah usai menangis usai mengiris atau mengupas bawang merah, muncul rasa lega. Plong.
Analogi sederhana di atas menggambarkan kelegaan dan kegembiraan menyambut tibanya Hari Raya Idul Fitri.
Selama bulan Ramadan, muslim yang memenuhi syarat akan melaksanakan ibadah puasa. Menahan lapar, haus, dan ihwal yang membatalkan puasa dalam waktu yang telah ditetapkan. Maka pelaksanaan ibadah puasa mengandung makna:
- Menahan Hawa Nafsu. Puasa adalah menahan diri dari makan (lapar), minum (haus), dan melakukan hubungan suami-istri, terhitung sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.
- Melatih Menahan Emosi. Dalam keadaan lapar haus dengan matahari cenderung lebih terang benderang bersinar garang, emosi lebih mudah bangkit. Bukan emosi positif, tetapi rasa marah dan gampang tersinggung. Dengan berpuasa, emosi negatif ini dikendalikan.
- Menahan Diri dari Godaan. Selama bulan Ramadan, ajaibnya --tiba-tiba---banyak bermunculan godaan, berupa: wanita seksi, pria ganteng, bahan penganan pembuka puasa di pasar, aroma kopi tubruk dan asap rokok, baju model baru, sepeda motor/mobil baru, dan sebagainya. Puasa adalah menahan godaan-godaan semacam itu.
- Belajar Jujur kepada Diri. Puasa merupakan ibadah pribadi, di mana keberhasilan menahan lapar, haus, hal membatalkan, dan hawa nafsu hanya diketahui oleh diri sendiri dan Allah. Dengan puasa, seseorang belajar berkomitmen (bukan janji/promise kepada orang lain, tetapi jujur kepada diri sendiri).
- Membangun Empati. Dengan merasakan lapar dan haus dalam cuaca yang lebih panas dari biasanya, membuat orang berpuasa belajar memahami penderitaan yang dialami oleh mereka yang kurang beruntung.
Dengan kerangka makna di atas, saya memahami puasa selama satu bulan penuh sebagai Kawah Candradimuka untuk membentuk pribadi unggul. Hasil diharapkan dari berpuasa adalah pribadi yang bersifat:
- Mampu mengendalikan hawa nafsu.
- Mampu menahan amarah, rasa mudah tersinggung, dan iri dengki dengan bergunjing atau hal lain yang memantik benci.
- Bersahaja apa adanya dengan penuh rasa kasih sayang.