Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.
Amalan di Bulan Ramadhan Seyogianya Berkelanjutan
Hanya Allah SWT dan diri sendiri yang mengetahui apakah seseorang sedang berpuasa. Orang lain tahunya ia menjalankan ibadah puasa dengan khusyuk.
Dari rumah makan sahur. Dalam perjalanan menuju tempat beraktivitas, minum kopi dan merokok di warung tertutup kain. Dikemas dengan cuci muka dan berlagak lemas menahan lapar.
Pulang, berbuka seperti biasa saat azan magrib berkumandang.
Dalam kasus lain terjadi perbuatan-perbuatan yang mungkin tidak membatalkan, tetapi mengurangi kekhidmatan ibadah puasa. Kebetulan peristiwa di bawah ini dialami oleh saya sendiri.
Karena alasan pekerjaan yang tidak beres, saya bertengkar dengan seorang kawan. Adu mulut dengan suara keras. Saling berhadapan. Demikian dekat sehingga masing-masing bisa melihat mata memerah penuh amarah. Entah mengapa, dalam keadaan perut kosong darah mudah mendidih.
Lain waktu, bakda tarawih saya menuju tempat rahasia, menemui seorang pejabat pengadaan. Membawa kantong keresek hitam berisi sejumlah uang. "THR" tersebut diserahkan dalam rangka memperoleh sebuah proyek konstruksi.
Ingat kejadian itu, saya merasa sangat bersalah. Telah berbuat curang yang kendati tidak diketahui oleh orang lain, tetapi Allah SWT pasti mengetahui.
Ketika ngabuburit pada sore selepas asar jalanan ramai. Di tepi berjajar penjual takjil beraneka-ragam. Pengendara dan pembeli warna-warni, dengan menggunakan busana irit bahan.
Ada wanita memakai celana terlalu pendek. Ada yang memperlihatkan pundak putihnya. Mata tidak bisa menghindar --tepatnya: pura-pura tidak bisa menghindar---dari pemandangan indah. Eh ...
Padahal menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadhan bukan hanya menahan lapar dan minum. Ia merupakan laku menahan diri dari perbuatan curang dan nafsu.