Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.
Belajar tentang Sedekah dari Para Pedagang Kecil
Seyogianya seseorang mengeluarkan harta atau non-harta bagi orang membutuhkan atau untuk kemaslahatan umum, semata-mata hanya berharap rida Allah SWT.
Perbuatan baik yang lebih bagus disembunyikan. Dilakukan dengan bersih hati. Tidak berpura-pura.
Sedekah berkah. Sedekah hanya berharap berkah dan karunia Tuhan, yang bagi saya adalah perbuatan tidak mudah. Ada saja godaan untuk pamer sedekah, melakukannya dengan pamrih, bahkan berpura-pura dalam praktiknya.
Namun para pedagang kecil ini menggugah kesadaran, betapa dalam keterbatasan mereka mampu bersedekah dengan tulus.
***
Dalam perjalanan berolahraga jalan kaki, tidak jarang saya sengaja singgah di pedagang kecil.
Penjaja nanas di tepi jalan raya, starling (pedagang kopi keliling), penjual nasi uduk dan gorengan, pedagang gado-gado, warung amigos, warung di dalam kebun, dan sebagainya.
Saya membeli barang jualannya demi --ini lebay banget-- membantu perputaran modal mereka.
Sebetulnya saya jajan, ngopi, ngobrol sambil mencari inspirasi atau menulis draf artikel. Pada saat-saat itulah saya menyaksikan mereka membantu orang membutuhkan.
Bersedekah dengan tulus dan tidak berharap imbalan. Mereka terdorong oleh perasaan sebagai sesama manusia yang sama-sama mengalami kesulitan.