Hakikat Puasa dan Manajemen Keuangan Ala Emak-emak
Puasa merupakan urutan keempat dari 5 rukun Islam yaitu mengucapkan syahadat, menunaikan sholat, membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji (jika mampu). Mengutip pendapat Dr. KH. Zakky Mubarak, M.A. (2024) secara etimologi, pengertian puasa, shaum atau shiyam, adalah "al-Imsaku 'an al-Syai" ( ) yaitu mengekang atau menahan diri dari sesuatu. Misalnya menahan diri dari makan, minum, bercampur dengan istri, berbicara dan sebagainya.
Secara filosofis puasa tidak hanya sekadar menahan diri dari hal-hal tersebut, ada banyak makna yang bisa dipetik saat menjalankan puasa. Salah satunya adalah mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Hal tersebut berkaitan erat dengan manajemen keuangan selama puasa.
Sebagai manusia selayaknya kita mensyukuri nikmat atas begitu banyak rahmat yang dilimpahkan kepada manusia. Contoh kecil adalah oksigen yang kita hirup setiap saat diberikan secara gratis tanpa membayar sepeser pun. Bayangkan jika kita sakit dan harus menghirup oksigen dari tabung berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mengongkosi harga tabubg per kilonya.
Apa kaitan bersyukur dengan manajemen keuangan selama puasa? Selama ini masih banyak orang yang salah kaprah dalam memaknai puasa. Puasa identik dengan waktu makan yang ditunda tanpa ada upaya untuk memaknai ibadah yang sedang dijalankan. Disinilah peran penting emak-emak sang pengatur keuangan keluarga sekaligus eksekutor uang belanja agar mampu mengatur keuangan supaya tidak melenceng dari hakikat puasa.
Tips berikut bisa jadi membantu emak-emak lain (saya emak-emak dari 4 anak) dalam mengatur keuangan terutama belanja dapur selama Ramadhan.
Pertama, belanja sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan. Untuk itu, susunlah menu makanan minimal selama 1 minggu. Belanja bahan-bahan sesuai yang dibutuhkan di daftar menu yang sudah disusun. Hal ini dapat mengurangi makanan kadaluwarsa tertimbun di kulkas atau membuang bahan makanan karena tidak terolah dan atau tersimpan terlalu lama di kulkas.
Kedua, disiplin dalam menerapkan daftar menu yang telah disusun. Kadangkala kita mudah tergoda untuk mencoba menu baru yang ditayangkan di TV atau internet, padahal tidak ada di daftar menu yang sudah disusun. Meski tidak harus saklek dalam menerapkan daftar menu tetapi kita harus berkomitmen untuk tidak mengganti menu seenaknya karena itu menjadi bukti ketidakdisiplinan kita.
Ketiga, menghitung kebutuhan makanan dalam satu hari baik untuk berbuka maupun sahur. Pastikan jumlah atau volume makanan yang dimasak sesuai dengan jumlah anggota keluarga sehingga tidak berlebihan dan tidak banyak makanan terbuang. Jenis dan volume makanan saat berbuka bisa jadi lebih banyak dibandingkan dengan saat sahur. Hal tersebut penting untuk diperhatikan.
Keempat, perhatikan asupan gizi yang memenuhi standar dengan komposisi 1/3 karbohirat, 1/3 sayur, 1/6 protein dan 1/6 buah. Makanan bergizi tidak harus mahal, banyak sumber gizi murah yang mudah didapat. Tahu, tempe, telur, ikan, daging ayam merupakan sumber protein yang murah tetapi bergizi tinggi. Sayur seperti daun kelor, daun ketela, daun labu siam, daun pepaya, daun kenikir, dan bayam juga murah, bahkan bisa didapat dari kebun di sekitar rumah. Sumber karbohidrat tidak harus nasi, bisa diganti dengan kentang, ketela pohon, ubi, labu kuning, sagu, atau talas.
Dengan penganggaran yang cermat dan disiplin dalam menerapkan rencana belanja, kita tidak perlu dipusingkan dengan anggaran belanja di bulan Ramadhan. Justru di bulan Ramadhan ini kesempatan bagi kita untuk mampu menahan diri dari keinginan yang tidak terbatas. Kata kuncinya adalah belanja sesuai kebutuhan bukan keinginan.