panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com
Jari-jemarimu adalah Harimaumu
Keterangan yang mengatakan bahwa syetan-syetan itu dibelenggu di saat bulan Ramadan ini sepertinya merupakan sindiran terbesar Allah SWT yang ditujukan kepada kita semua, ciptaanNya yang masih sangat kurang ajar ini. Apa pasal? Contohnya seperti ini, di bulan Ramadan kita diperintahkanNya untuk menjaga hawa nafsu misalnya nafsu amarah, tetapi manusia-manusia yang (katanya) berpuasa, justru mengumbar amarahnya, mengumbar nafsunya.
Lihatlah itu mereka yang tetap melakukan demonstrasi beberapa hari yang lalu, menunjukkan nafsu amarahnya tanpa mau mengontrolnya, padahal di bulan Ramadan. Saat demo, mereka yang bersalawat malahan dilawan dengan cemoohan. Mengedepankan hawa nafsu dipertontonkan. Lihatlah orang yang mencaci maki pemimpinnya hingga sesumbar hendak memenggal kepalanya. Kembali hawa nafsu dikedepankan, dipertuhankan. Padahal segala sesuatunya sudah dibuat suatu sistem yang memungkinkan protes, keberatan, tersalurkan, tetapi cara tersebut diabaikan. Padahal, Islam sudah mengatur adab memberikan saran/masukkan kepada pemimpinnya, tetapi, sekali lagi, adab tersebut diabaikan.
Padahal Islam sudah memberikan rambu-rambu terkait dengan hawa nafsu ini. Sebagai contoh, simaklah apa yang Alquran sampaikan di dua ayat berikut ini:
"... maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ining menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha Mengetahui terhadap segala apa yang kamu kerjakan ..." (QS. Annisa :135).
(Allah berfirman),"... maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Alah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan." (QS. Sad: 26).
Informasi-informasi tersebut kita dapatkan secara sangat cepat melalui media-media sosial. Ditambah lagi dengan hoaks dan informasi-informasi keliru (fake news) yang berseliweran, menambah kemungkinan kita tercemar oleh infrormasi-informasi seperti itu.
Bulan Ramadan 2019 ini terasa lebih berat dibandingkan dengan Ramadan sebelum-sebelumnya, terlebih dalam suasana pilpres/pileg ini. Sangat sulit mengontrol hawa nafsu, minimal untuk tidak berkomentar di media sosial. Apalagi, menyebarkan informasi di media sosial itu sangat cepat, sekelebatan jari saja. Sehingga kita harus banyak-banyak menahan diri.
Sebulan penuh lho kita menahan dirinya. Semoga sanggup ya, karena Ramadan adalah bulan latihan. Lolos ujian di bulan Ramadan ini, maka dapat digunakan untuk 11 bulan mendatang. Intinya dalam bermedia sosial adalah kita menahan diri serta banyak-banyaklah berpikir untuk menyaring informasi yang akan kita bagikan atau kita share.
Semboyan yang perlu diingat di sini adalah:
Think before posting dan saring sebelum sharing.
Selamat berinteraksi di media sosial. Semoga kegiatan media sosial kita akan dapat memberikan manfaat - termasuk pahala dan bukan sebaliknya, yaitu dosa. Pahala dan dosa tersebut, yang menentukan adalah jari-jari kita yang menari di handphone kita. bila ada informasi yang menurut kita (berdasarkan kaidah agama) akan memberikan manfaat bagi orang banyak, silakan dibagikan/dishare, tetapi bila sebaliknya, lebih baik tidak dibagikan. jaga jemarimu yaaaa karena bila dulu ada pepatah mulutmu adalah harimu, maka di era media sosial sekarang ini, jari-jemarimu, adalah harimaumu. .