panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com
Ramadan Saat Pandemi, Pokoknya Ikut Aturan Pemerintah Saja, deh
Ramadan saat pandemi, Ramadan tahun 2021 tiba. Ramadan di masa 1442 Hijriah ini datang kembali, masih di suasana yang belum banyak berubah, masih dilingkupi oleh pandemi covid-19. Virus corona masih bergentayangan mengelilingi kita, siap mencengkeram mereka yang kurang waspada.
Betul bahwa kewaspadaan dengan mengikuti nasihat mama itu yang berupa 5M itu belum menjamin seratus persen kita terbebas dari virus corona yang berbahaya itu.
Tapi paling tidak kan, dengan kewaspadaan kita patuh pada aturan 5M itu kita telah pula melaksanakan ajaran agama kita, agama Islam yang kita cintai ini - dengan upaya yang disebut tawakal. Sebagian orang menyebutnya dengan tewekal atau tawekal. Tapi intinya adalah kita bertawakal setelah berikhtiar.
Dalam ajaran Islam sendiri, Tawakal atau tawakkul memiliki arti mewakilkan atau menyerahkan. Pengertian seutuhnya adalah kita sebagai hambaNya menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah SWT Sang Maha Pencipta, Sang Maha Segalanya. Tetapi Allah mensyaratkan kita hambanya ini agar bertawakkal setelah kita berikhtiar secara maksimal.
Keinginan Allah ini tercermin dari suatu riwayat yang termuat dalam hadist yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dimana dalam riwayat ini terkisah bahwa pada zaman Baginda Rasulullah SAW disebutkan ada seorang laki-laki yang ingin meninggalkan untanya di depan masjid tanpa diikat, dengan alasan ia telah bertawakal kepada Allah SWT. Artinya bahwa ia menyerahkan 'sisi keamanannya' semata-mata kepada Allah SWT.
Namun kenyataan berkata lain. Ketika Rasulullah SAW mengetahui cerita ini, beliau mengatakan, "ikatlah untamu terlebih dahulu, barulah kemudian bertawakal." Jelas di sini Baginda Nabi meminta kita sebagai umat kesayangannya ini untuk mendahulukan berikhtiar terlebih dahulu secara maksimal (dikiaskan dengan mengikat si unta tersebut) baru kemudian diikuti dengan tawakal.
Artinya, kita berkewajiban berusaha, tapi tidak berkewajiban menentukan hasil akhir. Walau di kebanyakan perkara, kita terikut pula pada pepatah yang mengatakan, Ikhtiar tidak membohongi hasil akhir.
Namun demikian, kita wajib menyerahkan penentuan hasil akhir kepada Sang Maha Penentu, Sang Maha Pembuat Keputusan. Agar hasil akhir sesuai dengan yang kita ikhtiarkan, di sinilah kemudian diletakkan fungsi doa. Doa yang dipanjatkan kepadaNya, memohon agar apa yang kita ikhtiarkan dapat memberikan hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan.
Kembali bercermin dengan kondisi pandemi di saat Ramadan kali ini dengan situasi Ramadan yang lalu. Dalam konteks pandeminya, tidak banyak berubah. Artinya adalah bahaya Covid-19 masih tetap bahaya yang mengancam. Namun kita melihat apa yang sudah dilakukan pemerintah kita, pemerintah Indonesia sudah lah sangat banyak dan sangat luar biasa.
Keputusan menyiapkan vaksin lebih cepat, menimbulkan iri beberapa negara tetangga karena 'kalah cepat' dalam menyiapkan vaksin covid-19 untuk warganya ini. Termasuk dalam hal ekonomi.
Walau keterpurukan terjadi di sana-sini (tidak ada negarapun di dunia ini yang dapat menghindarkan dirinya dari beban masalah ekonomi ini), tetapi keputusan untuk tidak melakukan lock down, kembali dipuji banyak negara sebagai keputusan tepat. Dan kita semua tentu dapat merasakannya saat ini. Tidak terbayangkan bila lock down yang menjadi pilihan, tentulah covid-19 masih tetap tinggi dan ekonomi bakalan nyungsep abis.