panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com
Di Bulan Ramadan, "Bermusuhan" dengan Timbangan Badan
Saya termasuk dalam hal makanan hanya memiliki 2 (dua) kategori, yaitu: enak dan enak sekali. Jadi istri saya, baru agak akan berhati-hati terhadap makanan yang baru ditemuinya, bila setelah bertanya ke saya dan saya jawab dengan kata: nggak enak. Dia barulah panik. Karena seringkali, yang menurut dia makanan itu tidak enak, tetapi menurut saya enak. Sehingga, kacaulah daya rasa makanan saya itu, menurut dia sih hehhehe.
Apalagi saat Ramadan ini, godaan melimpah ruah. Tidak hanya godaan yang bersifat agamis, tetapi pun godaan yang bakal memenuhi 'kampung tengah' (lambung). Karena, makanan-makanan yang tidak ada di luar Ramadan, bisanya muncul, biasanya diada-adakan. Makanan yang mengalami perintah 'ditahan' - demi memenuhi unsur menahan diri, seperti bebas tanpa batas. Wal hasil, bagi orang seperti saya, bila tidak pandai-pandai ditahan ataupun menahan diri, akan payah sekali. Segala macam dilahapnya. Hilanglah konsep 'menahan diri' yang didengang-dengungkan selama Ramadan.
Ramadan memang bulannya menahan diri, tetapi juga bulannya 'festival kuliner'. Kalau dalam bahasa Sundanya dikatakan untuk menggambarkan 'festival kuliner' Ramadan ini adalah bahwa di bulan Ramadan ini, sagala makanan aya (segala jenis makanan ada). Dan memang ini salah satu ciri Ramadan, setidak-tidaknya Ramadan di Indonesia.
Namun kalau di rumah, istri saya lebih memilih untuk menu utamanya (main course) memasak sendiri. Untuk menu berbuka puasanya barulah jajan. Apalagi jajan sekarang ini, mudah sekali, dari mulai mencari langsung ke lokasi- lokasi penjual makanan, bisa juga dengan menggunakan ojek online. Menu-menu pilihannya, bejibun bener deh (Bejibun = bahasa Betawi untuk: banyak bener - mirip-mirip berkerumun). Dengan memasak di rumah, kebersihan terjamin, selalu menyetok bahan makanan, menimbulkan variasi saat menentukan menu apa yang akan disajikan setiap harinya, dan lain sebagainya.
Walau menahan diri, tetaplah, kejadian makan diluar kebiasaan sehari-hari tidak dapat dihindari dan cenderung dengan porsi dan ragam yang meningkat. Sehingga wajarlah kalau setelah berlebaran, saya biasanya 'musuhan' dengan timbangan, karena berat tubuh bertambah, biasanya ditandai dengan perubahan yang terlihat di awal Ramadan, yaitu celana-celana menjadi semakin sempit ukurannya, ngepas dan nggak enaklah kalau dipakai. Dan ini akan menjadi tugas berat di waktu pasca Ramadan untuk mengurangi bobot tubuh tersebut.
Selamat mengatur tubuh sendiri, terutama menjaga asupan ke tubuh kita dengan makanan yang baik-baik.