Lebaran Khidmat, "Sungkeman" Usai Sholat Id Sebagai "Warisan Keluarga" yang Mengesankan
Bismillah,
Lebaran idul fitri sebagai penutup dari rangkaian puasa ramadhan yang telah dikerjakan sebulan lamanya merupakan momen yang yang selalu dinanti-nantikan oleh setiap muslim.
Betapa tidak, bahwa lebaran identik dengan hari kunjung mengunjungi dalam rangka meminta dan memberi maaf satu sama lain, sepertinya tak terbantahkan.
Oleh karena itu sudah selayaknya bila kehadiran Hari raya idul fitri disambut dengan rasa riang gembira penuh suka, seraya mengucapkan syukur yang paling dalam ke hadirat-Nya.
Lalu, berkenaan dengan lebaran hari raya apakah ada warisan keluarga?
Ada saja, baik resep warisan berupa makanan dan minuman serta resep non menu yaitu melaksanakan lebaran secara khidmat, dengan terlebih dahulu melakukan ritual sungkeman setelah sholat Id.
Terhadap hal tersebut ada dua versi yang hendak dikemukakan dalam tulisan, karena di keluarga ada kolaborasi antara Bengkulu Sumatera dan Jawa.
Ketika saya belum berkeluarga, praktis setiap lebaran saya berada di rumah orang tua yang notabene menggunakan kebiasaan orang Bengkulu Sumatera. Dimana pada pagi hari tanggal 1 Syawal setelah sholat subuh dan mandi kami makan minum sekadarnya dan bersiap-siap menuju tanah lapang atau masjid untuk menunaikan sholat Idul fitri (Id).
Setelah itu pulang dan terus saling bermaaf-maafan dengan mendahulukan kedua orang tua mohon keridhoannya dan seterusnya dengan anggota keluarga yang lainnya. Kemudian baru menikmati santapan yang ada dan selanjutnya baru mengunjungi kaum kerabat dan tetangga.
Kemudian, setelah berkeluarga kami menuruti kebiasaan masyarakat Jawa, karena isteri saya berasal dari Jawa, dimana sesudah sholat subuh dan mandi pagi pada tanggal 1 Syawal, kami sarapan seadanya dan setelahnya menuju masjid untuk menunaikan sholat Id.