Cak Glentong
Cak Glentong Guru

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Di Bulan Ramadan Saya Merasa Kasihan dengan Setan

3 Mei 2021   22:20 Diperbarui: 3 Mei 2021   22:35 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Bulan Ramadan Saya Merasa Kasihan dengan Setan
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Di malam sepuluh yang akhir ini ada perasaan kasihan dengan setan yang selalu diposisikan dalam sisi gelap kehidupan manusia, jika ada manusia terjatuh dalam dosa. Katanya, gara-gara setan yang menggoda. Padahal belum tentu kejahatan itu andil setan, lagi pula rasanya banyak manusia yang bisa "lebih setan" dari setan atau menjadi "setan" tanpa diajak oleh setan.
Para mubaligh sering mengutip hadits " Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila datang bulan Ramadlan pintu-pintu surga dibuka sedang pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu" .  Saat setan dibelenggu lalu manusia terjebak dalam tindakan yang rendah secara akhlaq. Itu semua gara-gara setan. Padahal setan sudah dibelenggu atau mungkin betapa lemah hati kita sehingga setan yang dibelenggu masih menjeremuskan kita.
Di dunia maya, dunianya para penggila medsos sering kali caci maki menjadi menu utama, lalu saat ditanya mengapa ada caci maki, dengan sederhana dijawab karena godaan setan atau karena pengaruh setan dalam kehidupan. Padahal setan itu lemah, manusialah yang menjadikan setan itu kuat, bahkan seolah setan itu masuk dalam darah kita dan beranak pinak di dalamnya.
Imam Ghozali dalam kitab "Ihya' Ulumuddin"  menjajelaskan pintu-pintu masuknya setan kedalam diri manusia yang pertama "al-hirsh" yakni ambisi atau keinginan yang berlebihan, dorongan untuk memiliki sesuatu bukan karena kebutuhan tetapi karena ingin memenuhi  hasrat rakus yang ada dalam dirinya. Maka ada ungkapan bumi cukup untuk menghidupi milyaran manusia tetapi tidak akan pernah cukup untuk menghidupi orang yang rakus. Dari hasrat berlebihan itu setan mengikatan tali kekang di leher kita, oleh saat setan itu pergi dari diri kita, tanpa kita sadari kita tetap meneruskan ajakan setan.Yang kedua hasad (dengki)  terhadap orang lain, hasad seringkali menjadi penutup bagi hati nurani seseorang. Ia seperti malam yang menutupi siang dengan gelapnya.
Jika kita memelihara sikap tersebut, sungguh kita telah membuka pintu pintu bagi setan menguasai hati kita dan menjadikan kita seperti mesin foto kopi bagi setan tersebut. Padahal dalam ayat Al-Qur'an setan digambarkan "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan - setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan" (QS al-An'am 112)
Sesungguh saat setan mempengaruhi hati kita membuat kita kehilangan sisi kemanusian yang rendah hati dan santu, ingatlah setan itu telah mempengaruhi hati kita. Bisik-bisakannya mempengaruhi hati kita ini. Cara pandang kita bahwa setanlah yang menjadi kita jahat, bisa melupakan bahwa pada diri kita ada unsur setan yang tanpa kita sadari kita rawat dan kita beri makan. Sehingga ia membesar mengalahkan nurani kita yang jernih dan bersih.
Sari As-Saqathi seulama sufi mempunyai perkataan yang unik tentang manusia.  Beliau berkata " Jika manusia itu baik maka malaikatpun iri kepadanya. Namun jika manusia itu jahat, setanpun takut berteman dengannya. "
Kalimat itu unik, ada sisi manusia yang memang mempunyai potensi yang sangat baik sampai malaikatpun iri padanya,  malaikat iri ingin bisa mencapai level kebaikan seperti manusia yang baik tersebut. Namun jika sisi jahat manusia yang didukung dengan kecerdasan akalnya, setanpun takut mendekat karena takut ketularan jahatnya. Rasanya setan itu akan berpesan kepada anaknya " Nak jangan dekat-dekat dengan manusia nanti bisa sejahat mereka."
Di bulan ramadan tahun dan rasanya juga tahun-tahun yang akan datang, saya merasa kasihan dengan setan yang selalu disalahkan dalam "kesalahan manusia" padahal ia sudah dibelenggu. Kita dalam hidup ini seperti itu anak kecil yang lari kemudian menabrak meja, lalu kata orang tuanya " Salah mejanya."
Di surat An-Nisa ayat 76 "Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah"  Setan itu lemah, dia hanya kuasa membisikkan keraguan dalam hati kita, membuat tipu daya dalam pemikiran kita. Sudah lemah pula dan di bulan ramadhan dibelunggu juga, sedang kita yang kuat masih juga menyalahkan setan atas kejahatan kita, padahal banyak kejahatan yang kita lakukan sebagai produk diri kita sendiri tanpa menunggu bisikan setan.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun