Puasa dan Perasaan Bahagia
Bagi orang yang berpuasa bahagia itu sederhana mendengar adzan maghrib saja sudah bahagia. Kita sering mendengar perkataan ini, mungkin serius atau dengan bercanda. Yang pasti salah satu kebahagian orang yang berpuasa adalah saat berbuka. Dalam sebuah hadits nabi bersabda "Bagi orang yang berpuasa, ada dua kebahagiaan yang dia rasakan kegembirannya. Pertama, kebahagiaan ketika berbuka puasa. Kedua, kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya". Tentu hadits ini mempunyai makna yang luas, bisa jadi yang dimaskud adalah dua kebahagian di dunia dan di akherat.
Jika anda puasa lalu berbuka, tentu kita merasa bahagia. Saya menyebut "merasa bahagia" karena di dunia ini tidak ada kebahagian, yang ada hanya perasaan bahagia. Karena itu hanya perasaan, setiap orang mempunyai ukuran yang berbeda. Mungkin saja seorang bahagia dengan mobil bututnya, lebih berbahagia dengan seseorang yang mempunyai mobil mewah. Karena standar bahagia, orang berpuasa bisa bahagia bisa menikmati segelas es teh yang sederhana. Untuk bahagia tidak perlu menunggu bisa "memakan" ribuan kayu gelondongan di hutan Kalimanta atau Papua.
Penulis pernah bertemu dengan seseorang yang sangat bahagia setelah membeli mobil bak terbuka (pikap), ia bahagia sekali bisa mempunyai mobil itu. Wajahnya berseri-seri, senyumnya mengembang, ia berkata " Alhamdulillah, sudah bisa membeli mobil ini, nanti bisa mudah mengangkut batu-batu kumbung." Ia bahagia dan bersyukur. Namun di sisi lain penulis bertemu dengan seseorang yang membeli mobil sangat bagus sekali, seharga sekitar 400-an juta, yang dalam logika masarakat termasuk mobil mewah. Akan tetapi saat ditanya tentan mobil barunya, ia tidak bahagia, biasa-biasa saja "Wah mobil seken saja kok, masih ingin membeli keluaran yang terbaru."
Itulah kebahagian, hanya perasaan saja. Orang berpuasa dilatih untuk menyadari bahwa kebahagian itu sederhana, rasa syukur itu bisa terucap oleh sesuatu yang sederhana. Bisa makan dan minum itu bahagia. Mendengar adzan itu sudah membahagiakan. Lalu rasa itu akan berkembang, bisa berbagi makanan untuk takjil berbuka, lebih bahagia sekali. Setelah itu, kita akan sadar bahwa banyak kebahagian yang tidak pernah kita rasakan dalam diri kita ini, jangankan bersyukur merasakan saja tidak.
Apakah kita pernah bersyukur bisa kentut dan kencing dengan lancar dan normal-normal saja??Padahal ada banyak orang yang tersiksa, dan harus berhadapan dengan pisau operasi agar bisa kentut dan kencing, yang dalam pandangan kita biasa-biasa saja. Dan kita, tidak pernah bersyukur atas karunia bisa kentut dan kencing. Kebahagian itu seringkali menjadi beban jika kita tidak meringankan hati untuk bersyukur. Misalnya jika anda mungkin baru bersyukur setelah mempunyai tabungan sekian M, betapa susah hidup anda, selama syarat bahagia itu belum ada, anda akan gelisah, tidur tidak nyenyak dan makan tidak jenak(tidak nyaman).
Kenikmatan berbuka, bisa jadi kenikmatan seseorang biologis saja atau bisa juga secara spiritual. Jika waktu berbuka itu mengumbar membeli apa saja, memakan dengan nafsu, maka kebahagian kita hanya bahagia dalam makna biologis saja, puasa kita belum masuk pada fase spiritual. Apakah anda bersyukur bisa merdeka makan atau anda bersyukur bisa beribadah selama sehari dengan menahan lapar, setelah seharian menahan godaan es teller!? Tentu dua hal yang berbeda, syukur orang yang berpausa adalah bersyukur bisa beribadah karena Allah.
Kebahagian sejati bagi orang yang berpuasa adalah saat bertemu dengan Tuhannya, bisa bertemu sebagai hamba yang telah patuh. Kebahagiaan yang digambarkan Allah dalam AL-Qur'an " Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, (karena) memandang Tuhannya."(QSAl-Qiyamah). Inilah kebahagian sejati seorang mukmin, saat ia bertemu Allah. Bahkan surga yang indah itu, menjadi tidak lagi menarik karena perjumpaannya dengan Allah lewat iman yang diwujudkan dalam keseharian.
Ada proses panjang bagi orang yang berpuasa, karena bisa berbahagia secara spiritual mempunyai banyak bentuk dan cara. Yang paling dicintai Allah adalah jika bisa merasakan kebahagian spiritual setelah melakukan kebahagian sosial, saat kita bisa memberi makan orang lapar, membantu orang yang diuji Allah dengan kemiskinan. Jika kita bisa bahagia dengan seperti itu, kebahagian kita bisa sampai pada level spiritual. Itu menjadi salah satu tujuan kita berpuasa. Kita bisa berbahagia secara spiritual.
Jika kita bahagia karena pamer kekayaan yang kita miliki kepada orang lain. Itu hanya kebahagiaan anak kecil saja, yang bangga dengan mainan baru. Ingat anak kecil yang dapat mainan baru, dengan rasa sombong akan dipamerkannya ke teman-temannya. Lalu apa bedanya kita dengan anak-anak itu?? Sama bukan !
Kebahagian itu akan terasa sederhana jika kita bisa mengukur kebahagian secara spiritual. Semoga kita termasuk orang yang bisa bahagia di dunia dan di akherat. Amin ya Allah ya Rabbal Alamin.