Casmudi
Casmudi Full Time Blogger

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Memaknai Berbuka Puasa dengan Serba Manis, Anjuran atau Iklan?

21 Mei 2019   06:10 Diperbarui: 21 Mei 2019   10:22 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memaknai Berbuka Puasa dengan Serba Manis, Anjuran atau Iklan?
Perlunya pemahaman konsunsi makanan dan minuman yang serba manis (Sumber: dokumen pribadi)

Waktu berpuasa di Indonesia kurang lebih 14 jam. Selama itu, tubuh tidak mendapat asupan makanan. Dan, kadar gula dalam tubuh juga menurun drastis. Maka, saat berbuka adalah masa yang menyenangkan bagi yang berpuasa.

Itulah sebabnya, menyegerakan berbuka puasa adalah hal yang baik. Karena, agar tubuh cepat-cepat mendapatkan nutrisi kembali. Namun, kenyataannya bahwa saat berbuka puasa menjadi ajang balas dendam. Berbagai macam makanan dan minuman langsung "disikat" sekaligus. Akhirnya, perut menjadi kekenyangan. Dan, mata mudah mengantuk. Akhirnya, ibadah sholat tarawih pun tidak sempat dilaksanakan.

Menjelang berbuka puasa, banyak orang yang berbisnis dengan menjual makanan dan minuman yang serba manis. Juga, berbagai pihak seperti masjid yang menyediakan takjil Ramadan gratis. Hampir semua takjil yang disajikan serba manis. Lantas, apakah berbuka puasa dengan yang manis menjadi sebuah keharussan? Kondisi inilah yang menjadi pro kontra di kalangan masyarakat.

Bahkan, berbuka puasa dengan yang manis menjadi anjuran atau kesempatan pasang iklan produk tertentu. Setiap pihak mempunyai alasan tersendiri. Saya sendiri berpendapat bahwa pro kontra tentang berbuka puasa dengan yang manis sama-sama mempunyai tujuan yang baik. Yaitu, ajakan untuk berbuka dengan yang manis agar tubuh mendapatkan kesegaran  kembali.  

ANJURAN

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ia berkata: "Rasulullah SAW berbuka dengan rutab sebelum sholat. Jika, tidak terdapat rutab, maka beliau berbuka dengan tamu. Jika tidak ada, beliau meneguk dengan air (HR. Ahmad dan Abu Dawud)    

Hadits tersebut menegaskan bahwa Rasulullah SAW mengkonsumsi rutab atau kurma yang masih basah dan baru dipetik dari pohon. Tetapi, jika rutab tidak ada, beliau mengkonsumsi tamr atau kurma yang sudah kering. Jika, tamr tidak ada maka mengkonsumsi air putih untuk membatalkan puasa. Jika. Anda melihat dari hadits lainnya tentang berbuka dengan kurma terdapat pada hadits yang mempunyai arti:

Dari Salman bin Amir RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Bila kalian berbuka puasa, maka berbukalah dengan kurma. Karena kurma itu barakah. Kalau tidak ada kurma, maka dengan air. Karena air mensucikan (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzy)

Hadits tersebut menyiratkan bahwa berbuka puasa dengan kurma bisa memberikan barakah. Barakah di sini mempunyai arti bahwa kurma mempunyai kandungan zat gula alami. Manisnya kurma memiliki banyak manfaat dari kandungan serat dan kandungan gula yang bermanfaat bagi tubuh. Tetapi, jika kurma tidak ada maka minum air putih akan membuat basah kerongkongan. Dan, air putih bisa memberikan kesegaran tubuh kembali.

Kandungan zat gula yang ada di kurma sangat baik untuk memulihkan tubuh sehabis berpuasa (Sumber: dokumen pribadi)
Kandungan zat gula yang ada di kurma sangat baik untuk memulihkan tubuh sehabis berpuasa (Sumber: dokumen pribadi)
Beberapa hadits tersebut memberikan persepsi bahwa berbuka puasa hendaknya mengkonsumsi makanan dan minuman yang serba manis. Bahkan,  berbukalah dengan yang serba manis menjadi sebuah anjuran dalam agama Islam. Hal ini dikarenakan selama berpuasa, tubuh mengalami penurunan kadar gula. Oleh sebab itu, perlu adanya konsumsi kandungan zat gula kembali untuk memulihkan energi dalam tubuh.

Anjuran untuk berbuka dengan yang serba manis juga menjadi kias. Karena, pada perjalanannya banyak orang yang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung zat gula tambahan. Atau, kandungan zat gula yang tidak murni. Perlu diketahui bahwa mengkonsumsi kandungan zat gula yang tidak murni justru akan meningkatkan kadar kalori dalam tubuh.  Kalori yang tinggi bisa menaikkan berat badan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun