RAMADAN

Indahnya Pemburuan Takjil antara Mulsim dan Non-Muslim

22 Maret 2024   12:47 Diperbarui: 22 Maret 2024   12:52 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indahnya Pemburuan Takjil antara Mulsim dan Non-Muslim
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ramadhan memang sebuah satu periode bulan yang ditunggu oleh muslim indoensia untuk melakukan ibadah puasa. Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya, bulan ramadhan mungkin hanya dinikmati oleh muslim yang beribadaah seperti fenomena saur, ngabuburit, hingga buka bersama. namun, Ramadhan tahun 2024 terdapat satu fenomena unik yaitu pemburuan takjil yang tidak hanya dilakukan oleh masyarakat muslim tapi juga masyarakat non-muslim.

Sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang menyoroti dampak pemburuan takjil antara komunitas Muslim dan non-Muslim terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Takjil, makanan ringan yang biasanya disantap saat berbuka puasa, telah menjadi pusat perhatian selama bulan Ramadan, terutama di daerah-daerah Indoensia seperti karawang.

Dalam studi tersebut, para peneliti menganalisis pola konsumsi takjil selama bulan Ramadan dan menemukan adanya peningkatan pesat dalam permintaan takjil, baik dari kalangan Muslim maupun non-Muslim. Peningkatan yang terjadi sekitar  1.2 kali sampai dengan tiga kali pendapatan di luar bulan ramadhan. Hal ini mendorong meningkatnya persaingan di pasar takjil, yang pada gilirannya memengaruhi UMKM yang beroperasi dalam sektor ini.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Dr. KH. Akh Fahrur Rozi, S.Ag, M.Pd.I, dan juga salah satu peneliti utama dalam studi tersebut, menjelaskan bahwa meningkatnya persaingan antara pemburu takjil Muslim dan non-Muslim memberikan peluang bagi pelaku usaha untuk menggerakkan ekonomi rakyat. beliau mengungkapkan "Secara hukum ekonomi pasti akan terjadi keseimbangan suply and demand. Kalau laris, besoknya akan ditambah lagi oleh pedagangnya". selain ketua PBNU, ada juga pernyataan positif yang diungkapkan oleh pendeta tiberias Indoensia tentang war takjil seperti "soal agama kita toleran, kalau takjil kita duluan" dalam candaanya. beberapa respon positif dari agama tersebut tidak hanya memperlancar proses bisnis pengusaha makanan kecil tapi juga memperkuat persaudaraan warga indonesia sebagai umat beragama.  Oleh karena itu, penting bagi UMKM untuk memahami preferensi konsumen dari berbagai latar belakang budaya dan agama.

Studi berita ini menyoroti fenomena masyarakat indonesia tentang pemburuan takjil ramadhan 2024. saya menemukan respon positif yang terjadi di masyarakat yang berhubungan dengan proses bisnis UMKM dan perkembangan penguatan sosial budaya. saya menyarankan untuk fenomena unik seperti ini harus terus dipertahankan oleh segala pihak seperti pemerintah Indoensia, pemangku usaha, dan pembeli agar dampak positif yang didapat tidak hilang.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun