Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Insinyur

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Idul Fitri Momen Refleksi Kesungguhan Ibadah Puasa Kita

13 April 2024   13:12 Diperbarui: 13 April 2024   13:23 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idul Fitri Momen Refleksi Kesungguhan Ibadah Puasa Kita
Foto: kontan.co.id (Fransiskus Simbolon) 

Ramadhan telah berlalu, setelah selama satu bulan penuh dalam hitungan bulan hijriah kita menjalani ibadah puasa. Tidak hanya sekedar menahan makan dan minum serta tindakan-tindakan yang mungkin membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari, kita juga mengisi hari-hari Ramadhan dengan banyak amaliyah-amaliyah sunnah demi meraih keberkahan, rahmat dan maghfirah agar kita bisa keluar dari Ramadhan dengan status sebagai orang yang bertakwa sebagaimana tujuan berpuasa itu sendiri yakni laallakum tattaqun.

Ummat muslim terlarut dalam kegembiraan merayakan momen kemenangan di hari raya Idul Fitri dengan berbagai macam tradisi, yang menggambarkan rasa syukur telah melalui rangkaian ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Hal ini tentu sah-sah saja, puasa Ramadhan bukan hanya sekedar rutinitas tahunan, tetapi Ramadhan adalah ritual spiritual yang butuh kesungguhan dan keikhlasan dalam menjalaninya agar apa yang menjadi tujuannya dapat tercapai.

Namun, yang perlu diingat, bulan Ramadhan hanyalah tempat proses dimana kita ditempa untuk meningkatkan kualitas pengendalian diri, kesabaran serta ketekunan dalam melaksanakan perintah ibadah, dan hasilnya baru dapat dilihat dan diukur dengan bagaimana ketakwaan kita setelahnya, yang merupakan gambaran dari integrasi iman, Islam, dan ihsan, yang menjadi tujuan kita diperintahkan menjalankan ibadah puasa dan amaliyah-amaliyah lainnya di bulan Ramadhan.  

Idul Fitri menjadi momen refleksi diri untuk mengukur sejauh mana keseriusan dan keberhasilan kita dalam berupaya meraih predikat takwa selama Ramadhan. Apakah ibadah-ibadah dan amaliyah-amaliyah kita telah mengantarkan diri ini kepada kefitrahan yang suci ? Apakah hati kita telah dihiasi dengan kepedulian, rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama ?

Banyak pertanyaan-pertanyaan yang bisa menjadi bahan renungan, seperti misalnya bagaimana kualitas puasa kita setiap harinya, apakah kita sudah sempurna menjaga mata, telinga, lisan dan juga perilaku kita. Bagaimana kuantitas dan kualitas bacaan Qur'an kita, sedekah kita, tarawih kita, ukhwah kita dll.

Dengan pertanyaan-pertanyaan itu, meski Ramadhan telah berlalu, akan menjadi bahan refleksi untuk terus meningkatkan kualitas ibadah dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala di luar bulan Ramadhan. Sehingga keluar dari Ramadhan kita tidak hanya mendapatkan pelajaran dan pengalaman berpuasa, tetapi setidaknya ada perubahan besar dalam diri kita terutama dalam konteks keimanan dan ketakwaan kepada Allah Azza Wajalla.

Hakikat puasa terlebih lagi ditambah dengan amalan-amalan sunnah yang semuanya bernilai istimewa di bulan Ramadhan, jika dilaksanakan dengan benar dan sungguh-sungguh tentu akan membawa perubahan signifikan dalam kualitas diri kita.

Seekor ular yang berpuasa untuk berganti kulit saja mendapat keberkahan dari puasanya, kulitnya menjadi baru, bersih dari luka dan parasit, menjadi lebih lincah dan aktif. Demikian juga dengan kupu-kupu, yang tadinya masih berwujud ulat yang menggelikan dan menjijikkan serta menjadi hama yang merusak daun tanaman, setelah berpuasa berubah menjadi kupu-kupu yang indah, yang menarik hati orang-orang serta tidak lagi menjadi hama, tetapi justru membantu penyerbukan bunga tanaman.

Meski Ramadhan telah berlalu, bukan berarti hikmahnya juga ikut pergi, tak perlu memandang bagaimana kualitas ibadah kita di bulan Ramadhan lalu, semakin berkualitas tentu semakin bagus. Namun, yang lebih penting dari itu adalah seberapa mampu kita membawa hikmah dari pelajaran dan pengalaman puasa Ramadhan ke dalam kehidupan kita selanjutnya yang semoga masih dipertemukan lagi dengan Ramadhan yang akan datang dan yang akan datangnya lagi.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun