Chusnul Kusumadewi
Chusnul Kusumadewi Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Diponegoro Progtakm Studi S - 1 Agribisnis angkatan tahun 2019.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI

Nyadran : Tradisi Menyambut Bulan Suci Ramadhan di Kota Magelang

15 Mei 2022   09:50 Diperbarui: 15 Mei 2022   11:14 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyadran : Tradisi Menyambut Bulan Suci Ramadhan di Kota Magelang
Sumber : Data Primer Tugas Applied Jurnalistik,2022 (Kunjungan makam)

Lebaran Idul Fitri menjadi momen suci menuju pribadi yang lebih fitrah. Hari raya Idul Fitri adalah hari berbahagianya umat muslim di seluruh dunia karena menjadi puncak kemenangan setelah menahan hawa nafsu selama satu bulan, yaitu puasa Ramadhan. Namun terkadang bagi sebagian orang, Idul Fitri menjadi momen yang mengharukan karena kerabat yang sudah meninggal tidak dapat ikut serta merayakan. Oleh sebab itu, masyarakat Magelang sebelum lebaran mengadakan tradisi mengunjungi ke makam orang-orang yang telah berpulang untuk mengenang dan mendoakan sebelum Idul Fitri tiba

Nyadran merupakan warisan tradisi masyarakat Jawa terutama di pedesaan dengan membersihkan makam. Istilah nyadran berasal dari kata sadran yang berarti ruwah syakban dalam bahasa jawa. Kegiatan ini biasa dilakukan menjelang bulan Ramadhan di daerah Magelang. Nyadran berasal dari tradisi Hindu-Budha yang melakukan pemujaan roh. Para Walisongo menyelaraskan hal tersebut dengan ajaran islam yaitu dengan mengisinya dengan ayat-ayat suci Al-Quran, tahlil, dan doa. Hal ini dimaknai sebagai suatu hubungan antara leluhur, sesame manusia, dan Tuhan.

Nyadran dilakukan menjelang bulan Ramadhan oleh masyarakat di berbagai desa di Magelang. Hal hal yang dilakukan pada nyadran identik dengan membersihkan makam para leluhur serta mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia. Kemudian biasanya setiap masyarakat membuat sejumlah makanan atau biasa disebut ambengan yang dijejerkan di tanah lapang yang kemudian disantap secara bersamaan

Sumber : Data Primer Tugas Applied Jurnalistik,2022 (Pembacaan Ayat Suci Al-Qur'an)
Sumber : Data Primer Tugas Applied Jurnalistik,2022 (Pembacaan Ayat Suci Al-Qur'an)
Nyadran menjadi salah satu tradisi bagi warga di berbagai daerah Indonesia khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta, salah satunya kota Magelang. Tradisi nyadran dilaksanakan untuk menyambut bulan Ramadhan tepatnya pada bulan Sya'ban. Tradisi nyadran dipercaya menjadi simbol pembersihan diri sebelum melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Selain sebagai bentuk syukur atas segala nikmat dan kesehatan yang senantiasa diberikan oleh Sang Pencipta, nyadran juga merupakan bentuk bakti kepada leluhur atau pendahulu berdasarkan silsilah keluarga. Doa juga dipanjatkan agar bersama-sama dapat terlewati ibadaha puasa hingga hari lebaran dengan lancar. Tradisi nyadran masih kental terlaksana di Kota Magelang memberikan nuansa religi yang positif untuk menyambut datangnya hari lebaran. Sehingga perlu untuk senantiasa dilestarikan dan dipertahankan agar tetap terjaga dan berkembang.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun