Menyingkap Korelasi Turunnya Lailatul Qadar dengan Kesalehan Personal
Membahas lailatul qadar tentu tidak hanya mengulas tentang kuantitas pahala. Kiranya juga perlu dikaji pada sisi kualifikasi perilaku pelaksanaan puasa selama satu bulan penuh.
Sepertinya tidak berlebihan jika dikatakan terdapat korelasi dan relevansi lailatul qadar dengan kasalehan personal bagi orang yang menjalankan puasa di bulan Ramadhan.
Kesalehan personal yang dimaksud adalah suatu kualitas hubungan dengan Allah SWT secara individu melalui aktivitas ibadah secara ritual.
Pelaksanaan ibadah yang bersifat ritual tersebut dapat mendorong seseorang memancarkan kebaikan demi kebaikan dalam kehidupan sesama.
Perintah puasa ditujukan agar menjadi orang bertakwa. Sedangkan lailatul qadar merupakan puncak peroleh perjuangan seseorang yang yang diberikan oleh Allah bagi orang yang menjalankan puasa atas dasar iman di sepuluh hari terakhir. Sehingga bisa dikatakan bahwa lailatul qadar merupakan "iming-iming", motivasi spiritual yang disampaikan oleh Allah tentang malam 1000 kemuliaan kepada orang yang berpuasa.
Iming-iming tersebut tentu bukan untuk orang yang hanya berhasil menahan lapar dan dahaga, namun orang yang juga berhasil "memuasakan" lisan, perilaku dan tindakan yang bertentangan dengan ketentuan Allah SWT.
Orang yang berpuasa hanya bisa menahan lapar dan dahaga akan mendapatkan hikmah pada jasadnya (fisiknya) yang lebih sehat, sedang orang yang berhasil menahan lapar dan dahaga sebagai sarana "memuasakan" lisannya, perilakunya selama berpuasa akan memperoleh kesehatan fisik dan jiwanya.
Maka ribuan hikmah malam lailatul qadar akan masuk pada jiwa seseorang yang berhasil membersihkan jiwanya selama berpuasa. Sehingga orang tersebut adalah orang yang berhasil menjadikan lapar dan dahaga selama berpuasa untuk mengasah jiwanya.
Keberhasilan dalam mengasah jiwanya, selanjutnya, diterapkan dalam kehidupan setelah Ramadhan dan akan diasah ulang menunju Ramadhan 11 bulan berikutnya sampai akhir hayatnya.
Pasca pelaksanaan puasa, orang tersebut terdapat banyak perubahan ke arah yang lebih baik. Kualitas hubungan vertikalnya meningkat. Hal ini ditandai dengan intensitas dan jenis varian ibadah ritualnya.