Di Komplek SMA Muhammadiyah Salaman, Kotib Ulas 2 Tantangan Generasi Milenial dalam Berislam
Setiap generasi menghadapi tantanganya masing-masing. Mengapa demikian? Sebab masing-masing generasi hidup dan berkembang dalam dinamika dan fenomena kehidupan yang tidak sama. Terutama dalam penemuan dan penerapan teknologi dalam kehidupan masing-masing generasi. Demikian juga generasi milenial juga menghadapi tantangan yang berbeda dengan tantangan generasi sebelumnya maupun sesudahnya (baby boomer dan generasi Alpha).
Dalam kutbah salat ied 1445 H, H.M. Luthfi MA., ST., M. Com di Komplek SMA Muhammadiyah Salaman Magelang mengulas tentang tantangan generasi milenial dalam menghadapi dua tantangan yang hadir secara bersamaan dalam kehidupan kaum milenial. Dalam ulasanya, generasi milenial mempunyai karakteristik yang khas yang berbeda dengan generasi lainnya. Oleh karena itu isu tentang spiritual atau keberagamaan generasi milenial sangat penting dan strategis bagi umat Islam ke depan.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa keberagamaan generasi milenial dirasa sangat mengkhawatirkan termasuk generasi sesudahnya. Sebab dari beberapa penelitian, bahwa kaum milenial termasuk generasi yang kurang relegius. Padahal generasi ini menempati populasi terbesar di dunia termasuk di Indonesia. Oleh sebab itu pendampingan secara spiritual secara hikmah dan cerdas bagi kaum milenial dirasa mendesak dilakukan guna menyelamatkan pondasi keimanan bangsa dan negara ke depan.
2 Tantangan Generasi Milenial
Mempertajam isi kutbahnya, kotib melakukan pendalaman tentang dua tantangan sekaligus yang dihadapi generasi milenial dalam menerima dan melakukan transformasi nilai-nilai Islam.
Pertama adalah tantangan internal yang berupa problematika tentang pola pikir dan kondisi psikologisnya. Tantangan tersebut antara lain: 1) mereka belum mampu menyeleksi mana-maa sumber informasi keagamaan yg benar dan mana sumber informasi yg tidak benar, 2) mereka tidak bisa berkonsentrasi lama, mereka mudah tidak fokus baik dalam pikiran maupun dalam kehidupan, 3) mereka merasa kesepian, kekosongan, dan merasa tidak dihargai. Hal ini disebabkan oleh kondisi psikologisnya yang masih dalam kategori labil.
Dalam pandangannya, dengan mencermati fenomena tersebut maka secara sosio-psikologis, generasi milenial adalah generasi yang serba susah. Dinasehati melawan, dibiarkan seenaknya. Oleh sebab itu mereka membutuhkan pendampingan spiritual di tengah kondisi yg masih labil secara keagamaan maupun dalam kehidupan.
Dakwah terhadap mereka memerlukan pendekatan yang cerdas dan hikmah. Cerdas yaitu melakukan dengan berbagai inovasi dan kreasi yang bisa diadopasi oleh mereka. Hikmah yaitu tetap mengedepankan langkah yang arif dan bijak serta kesabaran dalam mendampingi mereka.
Kedua, rangsangan kehidupan yang serba materialistik, keserakahan, tampilan iklan yang memperturutkan hawa nafsu, disediakannya barang-barang mewah di sekitar mereka yang mendorong hidup konsemeristik. Pornografi dan pornoaksi yang secara mudah dapat diakses melalui social media,dll.
Mengakhiri kutbahnya kotib memberikan penekanan tentang arti pentingnya pendidikan agama yang mencerdaskan hati dan pikiran mereka, pendidikan agama dan pendidikan yng dapat mengajak mereka mempunyai kemampuan memilah dan memilih hal-hal yang baik dan buruk, benar dan salah, serta pengetahuan untuk mengambil keputusan yang yang terbaik bagi dirinya.