Dear Kamu, yang Dulu Setia Membersamaiku, Sekarang Jarang Bertemu
Dear Kampung Halaman,
Terima kasih sudah memberi warna dalam hidup saya. Terima kasih sudah memberi banyak kenangan indah yang tidak mudah dipupus oleh waktu maupun kenangan baru. Terima kasih sudah pernah menjadi tempat teraman dan ternyaman hingga saya bertumbuh menjadi seperti saat ini.
Dulu, tidak pernah terbayang untuk meninggalkanmu. Saya kira saya akan tetap di sisi-mu hingga beranak-cucu, hingga maut menjemput. Namun, ternyata takdir dan nasib tidak bisa kita tebak. Ada beragam alasan hingga saya akhirnya harus meninggalkanmu. Entah sejenak, entah untuk selamanya.
Dear Kampung Halaman,
Meski mencintaimu, maaf terkadang saya suka sedikit melupakanmu. Benar kata orang, "cinta datang karena terbiasa. Acapkali yang spesial teragantikan oleh yang selalu ada."
Dulu... dulu sekali, saat terpaksa harus pergi meninggalkanmu, ada rasa sedih yang sempat menghujam. Rasa pedih harus meninggalkan beragam kenangan yang sudah tercipta bersamamu.
Namun, kini rasa cinta padamu tetap tumbuh, tetapi rasa cinta kepada penggantimu juga mulai bersemi. Semakin lama, semakin besar dan bercabang. Mungkin karena juga ada orang-orang baru yang hadir yang tidak kalah istimewanya dengan orang-orang yang ada di tempatmu.
Dirimu dan si pengganti juga ternyata memiliki banyak kesamaan. Rintik hujan juga kerap hadir di sini. Begitu juga dengan aneka kuliner yang menggoda, meski berbeda jenis. Belum lagi tempat-tempat wisata. Penggantimu juga ternyata menawarkan beragam tempat melancong yang tak kalah indah saat penat mendera.
Kampung Halaman, semoga kamu baik-baik di sana. Semoga kamu tetap menjadi tempat teraman dan ternyaman bagi siapapun yang menetap dan berkunjung.
Peluk jauh dari saya, si perantau yang jarang pulang.
Cucum Suminar (***)