Ramadan, Saatnya Membaca "La Tahzan"
Ramadan 1445 Hijriah ini saya sedang berjuang membaca buku "La Tahzan: Jangan Bersedih" hingga selesai. Buku bagus yang saya beli di salah satu Toko Buku Gramedia hampir dua windu lalu.
Dulu saya membaca buku yang ditulis Dr. 'Aidh al-Qarni ini secara parsial. Tidak menyeluruh. Saya pilih bagian-bagian yang saya suka saja. Terlebih, "La Tahzan" bukan novel sehingga tidak harus dibaca secara berurutan.
Saya memang tidak sereligius itu. Dibanding membaca buku-buku Islami secara rutin dan utuh satu buku, saya lebih suka membaca novel. Mungkin karena novel ada alur ceritanya, bikin penasaran.
Sementara, buku-buku Islami lebih ke pengetahuan. Ilmu. Meski terkadang saling terkait, tidak harus dibaca per bab secara berurutan. Sehingga, membuka buku-buku Islami saat perlu saja. Itu pun dicari yang relevan di bab-bab tertentu. Hehe maafkan ya Allah!
Hingga beberapa hari menjelang Ramadan, saat beres-beres rak buku, saya baru tersadar ada lumayan banyak buku-buku Islami yang saya beli tetapi belum saya baca secara tuntas. Salah satunya buku "La Tahzan: Jangan Bersedih".
Alhasil, Ramadan tahun ini, usai sahur, setelah menunaikan salat subuh dan membaca beberapa ayat Al Quran, saya memaksakan diri membaca buku-buku Islami yang sudah saya beli itu secara bertahap. Setidaknya satu hari satu jam.
"La Tahzan" Membahas Manfaat Buku
Pada bagian awal buku "La Tahzan", Dr. 'Aidh al-Qarni menulis bahwa sebaik-baik teman duduk adalah buku. Buku adalah pilihan terbaik bagi orang-orang yang kosong untuk menghabiskan waktu siangnya, dan bagi orang yang suka bersenang-senang untuk menghabiskan malam-malam mereka.
Bagi si pembaca, buku akan memberikan dorongan untuk mencoba, membentuk kepribadian, menggunakan nalar, menjaga kehormatan, meluruskan pemahaman mengenai agama, hingga mengembangkan harta.