Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?
Jadikan Perbedaan Idul Fitri sebagai Sumber Kekuatan Umat
Puasa juga melahirkan kesalehan sosial. Puasa yang mengajarkan kita peduli terhadap sesama, puasa yang membiasakan kita rajin beribadah, banyak beramal.
Puasa membentuk hamba jadi tawaduk, rendah diri dengan tidah merendahkan, qanaah, merasa cukup dengan apa yang Tuhan berikan kepada kita.
Silaturahmi yang banyak terbangun di bulan puasa, tentunya diaktualisasikan pasca Ramadan ini.
Namun, puasa kali ini sedikit berbeda dari cara membangun silaturahmi. Covid memisahkan. Virus ini menuntut kita saling menjaga jarak. Kalau mungkin dan memungkinan, ya di rumah saja.
Seperti Bupati Suhatri Bur yang shalat Id di kediamannya bersama keluarga dan pengawalnya. Tuntutan covid untuk menghindari kerumunan orang banyak, dan juga upaya memutus pandemi yang masih marak saat ini.
Mari kita jadi perbedaan kilafiyah ini sebagai ajang pemersatu umat. Tak perlu ada cacian atau olok-olokan. Yang ada saling menghargai, sehingga perbedaan menjadi tempat datangnya rahmat Tuhan.