Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Penulis

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Mendoa dan Jamuan Makan Bersama di Surau sebagai Lebaran Perdana Masyarakat Sijangek

14 Mei 2021   14:08 Diperbarui: 14 Mei 2021   14:11 1531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendoa dan Jamuan Makan Bersama di Surau sebagai Lebaran Perdana Masyarakat Sijangek
Mendoa dan jamuan makan bersama di surau sehabis Shalat Idul Fitri di Sijangek. (foto dok facebook zul afni)

Pagi Jumat (14/5/2021) ibu-ibu itu menjinjing rantang ke surau. Mereka pagi tadi Shalat Idul Fitri di surau kaumnya masing-masing. Setiap usai Shalat Id diadakan kegiatan mendoa dan jamuan makan bersama.

Medoa sehabis sembahyang raya ini sudah menjadi tradisi dan kelaziman bagi masyarakat Sijangek, Nagari Sungai Durian, Kecamatan Patamuan, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Makanya, kaum perempuan menjinjing rantang dan jamba ke surau.

"Yang membaca doanya orang Siak yang menempati surau itu. Kalau tak ada tuanku, ya labai surau itu," cerita Bustanul Arifin Khatib Bandaro, tokoh masyarakat Sijangek.

Di kampung ini, katanya, ada empat surau milik kaum Suku Jambak, yakni Surau Jambak Kalawi, Sijangek, Lubuak Duku, dan Surau Jambak Kampuang Tangah.

Masing-masing surau punya seorang labai, sebagai tempat tumpuan persoalan syarak di tengah kaum terkait.

Keempatnya dan surau lainnya yang ada di Sungai Durian selalu mengadakan doa selamat sehabis puasa yang disertai jamuan makan bersama seluruh jemaah yang hadir Shalat Id.

Baik Idul Fitri maupun Idul Adha, terasa asing kalau tak mendoa dan jamuan makan bersama setelah lebaran itu.

"Kita lebaran Jumat, karena puasa mulainya Kamis. Tahun ini puasa 29 hari," kata Bustanul Arifin.

Mendoa dan jamuan itu merupakan bagian dari kesempurnaan ibadah puasa. Artinya, kalau yang kurang-kurang ibadah Ramadan, dengan mendoa ini disempurnakan, termasuk mendoakan para leluhur yang telah mendahului, agar diberikan tempat yang layak di sisi Tuhan.

Doa untuk kebaikan kaum khususnya dan nagari pada umumnya, tak terlepas dari perkabaran salah seorang tokoh masyarakat kepada orang Siak yang akan membacakan doa.

Jadi, mendoa dan jamuan makan bersama boleh disebut sebagai lebaran perdana bagi masyarakat Sijangek dan Sungai Durian. Sedangkan lebaran kedua, besoknya, Sabtu itu juga mendoa dan mengaji sekalian jamuan makan di padam pekuburan kaum masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun