Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?
Ucapan Lebaran dalam Bahasa Piaman, Salamaik Ghayo Maaf Lahie Batin

Maklum, Ajo Zai orang yang baru pulang kampung, dan dia merasa segan bila tak membayar minum orang seisi warung itu.
Tak banyak memang. Warung di kampung minumnya sangat murah. Segelas teh manis hanya Rp3 ribu.
Kadang puluhan orang yang duduk di warung, banyak menghabiskan uang paling Rp100 ribu.
Itu sudah sewarung yang dibayarin. Bagi Ajo Zai, tentu tak masalah. Dan memang pula, Ajo Zai orangnya senang berbagi, dan sering membayarkan belanja banyak orang.
Selama duduk di warung, banyak cerita yang mengalir, dan saling berbagi informasi tentunya dari penghuni warung.
Mulai dari cerita harga onggok daging yang dinilai cukup mahal, di tengah himpitan ekonomi saat ini.
Begitu juga cerita kepala daerah yang sedang memimpin kabupaten, juga menjadi cerita menarik dari kampung yang tentunya diterima Ajo Zai.
Saking enak cetita ekonomi dan politik, tamu yang lain minta tambah kopi. "Tambah kopi ciek," pintanya ke orang warung.
Lalu dijawab oleh yang lain. "Tambah Aie tambah gulo," ujar tamu lain menjawab sambil berharap yang disambut ketawa banyak orang.