Dandung Nurhono
Dandung Nurhono Petani

Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadhan: Kesempatan Bisnis dengan Allah

6 April 2023   08:10 Diperbarui: 6 April 2023   08:42 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadhan: Kesempatan Bisnis dengan Allah
Warung Bajigur Tenan | Foto: Adam S.A. (Dok. pribadi)

Tidak ada paksaan dalam tawaran itu, sebab Allah menafikan sikap memaksa dan terpaksa (QS. Yunus: 99). Manusia boleh memilih sesuai kemauannya: beriman atau tidak. Apapun pilihan yang diambil, tidak ada pengaruhnya bagi Allah. Sebab Allah SWT itu kausa prima – the Uncaused Cause of All Being.

Mengapa Allah menawarkan bisnis itu kepada manusia ? Karena amat sangat kasih-sayangnya Allah SWT kepada manusia. Ia hendak menunjukkan kepada manusia jalan kehidupan yang riil. Modalnya semangat meningkatkan kualitas iman dan kesungguhan dalam menegakkan agama Allah.

Semua ulama sepakat, bahwa titik tolak pembentukan SDM yang berkualitas ialah kadar iman yang kokoh. Namun iman tidak bisa dihitung dengan kalkulasi ekonomi, tidak juga diteorikan secara ilmiah. Iman bukan kajian ekonomi atau ilmiah. Juga bukan bidang kajian filsafat.

Iman merupakan sebuah argumen ontologikal.  Suatu kajian tentang hakikat dan struktur yang ada, yang memerlukan suatu gantungan spiritual yang mapan, transendental, yang sekaligus memberikan arah pada realitas gerak kehidupan. Sasaran tertingginya adalah Allah SWT serta sasaran-sasaran ghaib lainnya.  Oleh karena itu, iman tidak bisa didekati dengan kajian ilmiah atau filosofis. Bukankah kajian ilmiah atau spekulasi filosofis itu hanya merupakan teorema yang dibuat oleh manusia ?

Untuk itu, bimbingan keimanan dalam arti yang sebenarnya sangatlah diperlukan, demi memperoleh kualitas iman yang tajam. Iman yang demikianlah yang akan mampu memberikan orientasi spiritual yang jelas dan akurat bagi kehidupan manusia, disamping mampu menggerakkannya untuk melakukan amal shalih bagi kepentingan kemanusiaan dalam konotasi bersungguh-sungguh menegakkan agama Allah di muka bumi ini.

Akan terjadi dilema, memang. Dalam kehidupan modern ini sangat padat dengan segala tantangan dan godaan, manusia seringkali diletakkan pada posisi yang serba sulit dalam menentukan pilihan. Tapi pada dasarnya apa pun pilihan kita: beriman atau tidak, akhirnya ialah tanggung jawab kita secara individual. Artinya setiap pilihan yang kita ambil, dengan sendirinya menunjukkan kesiapan kita untuk menanggung resikonya. Pilihan dan resiko adalah satu kesatuan dari bagian hidup manusia.

Untuk meringankan kesulitan dalam menentukan pilihan, mari kita kembali membuka Al Qur’an, bahwa segala amal perbuatan manusia, walau itu yang baik-baik tapi tidak berbasiskan pada keimanan, ibarat haba an mantsuro, debu yang berterbangan. (QS. Al Furqon: 23).

Islam tidak pernah mengajak pada kesia-siaan. Islam sepenuhnya punya orientasi transendental, yang mengajarkan suatu prinsip ekuilibrium bagi kehidupan manusia: hasanah di dunia dan akhirat. Dalam perspektif ini, apa yang disebut hayat ad-dunya haruslah berorientasikan kepada al-akhiro yang sudah harus dimulai sejak sekarang. 

Orientasi semacam itu hanya mungkin jika kita bersedia dengan suka rela, untuk beriman dan berjihad di jalan Allah SWT. Dari sini, kita akan lebih jelas dan mudah menentukan pilihan: menerima tawaran “bisnis” dari Allah atau menolak.

Jika jawabannya: “menerima” maka sekaranglah saat yang paling tepat, yaitu pada bulan Ramadhan, yang sama-sama sudah kita yakini, penuh dengan rahmat Allah SWT. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun