Dandung Nurhono
Dandung Nurhono Petani

Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menggapai Lailatul Qadar? Ada Doa Khusus dari Nabi SAW

12 April 2023   18:10 Diperbarui: 12 April 2023   18:20 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggapai Lailatul Qadar? Ada Doa Khusus dari Nabi SAW
| Foto: Dandung N. (Dok. pribadi)

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkati. Allah memerintahmu berpuasa di dalamnya. Dalam bulan Ramadhan dibuka segenap pintu surga, dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu segala syetan. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebajikan malam itu, berarti diharamkan baginya segala macam kebajikan". (HR. Ahmad, Nasai, Baihaqi dan Abu Hurairah).

Gambaran yang jelas dari Rasulullah SAW tentang  bulan suci Ramadhan yang penuh  keagungan lagi diberkati Allah, suatu keunggulan yang seakan tidak tertandingi oleh bulan-bulan lainnya. Terlebih lagi bahwa di dalam bulan Ramadhan ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yang sangat lekat dalam benak kita ialah lailatul qadr, suatu istilah yang tidak terpisahkan dengan Ramadhan yang akan selalu aktual dibicarakan oleh seluruh umat Islam, terutama pada sepertiga bagian, akhir bulan Ramadhan.

Sebenarnya apa sih, lailatul qadr itu ?

Tidak sedikit para ulama menafsirkan al-qadr dari sudut pandang yang bervariasi, yang kesemuanya hampir bisa dikatakan sama-sama sepakat, bahwa istilah al-qadr menyangkut pada persoalan di luar kebiasaan sehari-hari yang sangat hebat. Namun demikian tidak mudah untuk mengetahui hakikatnya, terkecuali dengan petunjuk ilahi.

Benar, bahwa ada sebagian ulama yang berpendapat lailatul qadr itu hanya terjadi sekali saja, yakni pada malam turunnya wahyu pertama Al Qur'an. Pendapat itu dianggap lemah, sebab jika diperhatikan penggunaan bahasanya (tanazzalu al-malaaikatu wa ar-ruh: turun para malaikat dan ruh) menggunakan bentuk kata mudhari' (present tense) yang mengandung arti masa kini dan masa yang akan datang.  Dengan begitu, lailatul qadr akan hadir secara berkesinambungan, dulu, sekarang, dan yang akan datang, tidak hanya sekali.

Rasanya tidak perlu kita permasalahkan tentang beda pendapat tersebut, sebab kemuliaan lailatul qadr bukan pada kewajiban ibadahnya tetapi pada nilainya. Maka amat keliru bila ada anggapan bahwa dengan menambah kuantitas beribadah serta melaksanakan kewajiban agama, hanya dan hanya, pada malam lailatul qadr akan memperoleh kebaikan selama seribu bulan. 

Hal itu mustahil.  Karena kemuliaan dan nilai seribu bulan itu bisa diperoleh sebagai hasil ibadah dan taqorub kepada Allah selama bulan Ramadhan itu sendiri, bahkan sebelum dan sesudah Ramadhan.

Kembali pada makna lailatul qodr, beberapa makna itu diantaranya sebagai berikut:
Pertama, al-qadr artinya "penentuan". Maksudnya ialah "malam penentuan" Allah atas perjalanan hidup makhluk, yang mengantar menuju pada kebahagiaan hidup yang abadi (maa adraaka maa al'aqabah). Itu biasanya berkaitan dengan hari akhir, surga, neraka. Dalam hal ini, al-qadr berarti kriterium untuk membedakan antara yang haq dan yang bathil, untuk menjadi petunjuk jalan bagi manusia dalam menjalani kehidupannya. al-qadr yang dimaksud ialah Al Qur'an, yang memang diturunkan pada bulan Ramadhan. (QS. Al Baqarah: 185).

Kedua, al-qadr artinya "pengaturan". Maksudnya pada malam turunnya Al Qur'an Allah SWT. telah mengatur khittah atau strategi bagi Nabi-Nya yang sedang berhadapan dengan situasi kemanusiaan yang hidup dalam kegelapan syirik dan jahiliyah, untuk diajak kepada agama yang benar dan diridhoi Allah: Islam.

Ini berkaitan dengan peristiwa perang Badar, yang oleh para ahli sejarah disebut sebagai perang yang paling survive. Jika waktu itu Nabi SAW kalah, maka agama Islam akan tersendat bahkan akan musnah.

Sungguh suatu mukjizat, bahwa pasukan yang dipimpin oleh Nabi di Madinah yang jumlahnya relatif lebih sedikit bisa memenangkan peperangan melawan orang-orang kafir Mekah yang jumlahnya jauh lebih banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun