Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.
Kerja Keras yang Percuma
Semua karena dirinya sendiri. Bukankah pada saat puasa, masih banyak yang berpura-pura puasa. Tibanya Ramadhan tidak disikapi secara optimal. Banyak orang yang menjalankan ibadah dengan sekadarnya saja. Banyak orang merespon Ramadhan hanya fisiknya saja, sedangkan hatinya tidak. Banyak orang berpuasa hanya menahan lapar dan dahaga saja, sementara syahwat mata, telinga, hidung, lidah, masih saja berjalan seperti biasa. Banyak orang masuk Ramadhan bukan ingin memperbanyak ibadah dan meningkatkan kualitas keimanan, melainkan untuk meningkatkan omset dagangan.
Ada juga ketika memasuki awal Ramadhan semangatnya tinggi, namun lama-lama kelelahan hingga semangatnya kendor di akhir-akhir Ramadhan. Padahal justru di akhir Ramadhan itu seharusnya ditingkatkan untuk menggapai malam lailatul qadar.
Ada fenomena yang umum terjadi, dan ini yang memprihatinkan. Di awal Ramadhan masjid atau mushala, terasa sempit karena setiap ruang kosong dipenuhi oleh jamaah. Lalu perlahan mulai berkurang di minggu ke dua. Dan klimaksnya di minggu terakhir Ramadhan, masjid terasa sangat luas, hingga jamaah hanya mampu mengisi barisan kesatu dan kedua saja. Masjid-masjid yang tadinya semarak, kembali kosong dan sepi.
Ada kisah dalam Al-Qur'an, tentang seorang perempuan pemintal benang, yang diabadikan dalam Surat An-Nahl: 92, Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.".
Sebuah pelajaran yang sangat berharga. Allah SWT mengabadikan seseorang yang dari pagi hingga sore waktunya ia habiskan hanya untuk memintal benang. Namun pada sore hari ketika benang pintalan itu telah selesai, ia cerai-beraikan kembali.
Ini salah satu isyarat, bahwa perbuatan sia-sia adalah kerugian yang nyata.
Jadi sepertinya tidak pantas kalau selepas Ramadhan, memasuki bulan Syawal, serta-merta masjid-masjid menjadi kosong, sangat sepi yang shalat berjamaah. Sebuah kepalsuan yang sangat menggelikan, tapi memprihatinkan. (*)