Puisi-puisi dari Ngabuburit (1)
Memanen Rindu
Memanen rindu pada prasasti yang masih terjaga: petak-petak sawah menghijau dalam kemarau yang enggan sempurna. Menjumpai-kembali impian-impian kecil untuk kisah yang semestinya bahagia. Meskipun langkah demi langkah tak pernah mudah, setidaknya petak-petak itu masih bisa mewujudkan rindu tentang masa lalu yang terus mengada dalam masa kini.
Aku adalah ngembara yang begitu jauh: merayakan petualangan demi petualangan dalam banyak kisah dan episode, meratapi sedih demi sedih silih berganti ketika impian-impian kecil hampir runtuh, menapaki jalan sepanjang waktu demi menjaga cahaya di ujung malam.
Ketika kembali ke sini, ke petak-petak sawah, aku adalah pemanen rindu yang tak pernah usai menuntaskan ingatan: masa kecil menawarkan aroma gurih yang selalu mengundang keinginan untuk kembali, meskipun sekedar duduk diam di pematang.
Sambiroto, Lamongan, 8 April 2023
Antara dusun dan sawah adalah jembatan: menghubungkan impian orang-orang kecil untuk bertahan dalam deru zaman, bersiasat untuk menjumpai perubahan demi perubahan di ruang tamu. Tak mungkin membeku dalam kemasalampauan ketika anak-anak bermain dalam kecipak bening air kali. Bising mesin tengah bergerak ke sawah: menembus sekat masa, membuka dongeng baru.
Antara aku dan anakku adalah jembatan: menyambung cerita bersama kala yang terus bergerak. Tak ada pesan-pesan memaksa: karena anakku adalah kegembiraan yang mesti menghadirkan banyak sejenak, melepaskan diri dari permainan jemari di atas layar. Meskipun sejenak, selalu yakin: ada pilihan, bukan keraguan, tentang melangkah di pematang sawah dan mengayu sepeda melintasi jembatan.
Sambiroto, Lamongan, 8 April 2023