Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.
Rantang, Produk Jadul yang Sesungguhnya Meminimalisasi Penggunaan Plastik
"Sana bawa rantang biar praktis. Enggak usah dibungkus-bungkus plastik. Ribet bukanya."
Petuah ibu puluhan tahun silam saat saya masih ABG.
"Malu ah, Bu. Kayak orang jaman dulu aja nenteng-nenteng rantang."
Sanggahan saya ketika belum mengerti tentang dampak buruk penggunaan plastik.
Ketika kini efek buruk penggunaan plastik sudah nyata-nyata diketahui dan terlihat dampaknya. Mulailah orang gencar melarang penggunaan plastik.
Padahal ibu saya dan orang tua jaman dulu tanpa mereka sadari bisa disebut sebagai aktivis lingkungan loh! Karena begitu seringnya menyuruh anak-anak membawa rantang saat membeli makanan matang.
Memakai rantang untuk tempat makanan saat berkunjung ke rumah nenek atau sanak saudara lainnya. Bahkan saat memberi makanan kepada tetangga sekitar.
Meski saat itu dengan alasan kepraktisan. Biar tidak ribet membuka-buka bungkus makanannya. Sesungguhnya apa yang mereka lakukan merupakan gerakan cinta lingkungan anti plastik.
Seiring perkembangan jaman. Orang mengganti tempat makanannya dengan produk Tupperware. Rantang sudah dianggap barang jadul alias kuno.
Saya pribadi juga pengguna produk tersebut. Tetapi harga Tupperware yang tidak murah, sebanding dengan kualitas barangnya. Membuat saya berhati-hati kalau ingin memberi makanan ke orang lain dengan menggunakan Tupperware. Baik kepada teman atau tetangga. Bahkan kerabat dekat.
Saya khawatir hilang atau lupa si penerima makanannya. Karena seringnya seperti itu. Jika ditanyakan, "Tupperware saya mana ya? " jawabannya beragam. "Duh, lupa saya? Nanti deh dicari lagi." Ujung-ujungnya Tupperware saya tak kembali.