Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.
Sayur Asem Buatan Bulik Membuat Rindu Akan Kampung Halaman
Rumah Bulik sangat sederhana. Sebuah rumah di kampung yang kanan-kirinya kebun dengan aneka tanaman.
Dapur rumah Bulik juga sederhana. Masih menggunakan tungku dari batu dan kayu bakar untuk memasak.
Meski ada kompor gas, tetap saja yang sering dipergunakan tungku dari batu. Dengan tungku tersebut Bulik memasak dan membuat kue lebaran. Katanya sih lebih cepat masak menggunakan tungku.
Saya kalau di rumah Bulik paling senang nongkrong di depan tungku. Hangat. Apalagi sambil menyeruput teh tubruk. Mantaaap.
Kemudian makannya sayur asem teri kacang balado. Huaaah sedap. Ini menu kesukaan saya. Entah ya? Saya merasa sayur asem buatan Bulik tuh enak sekali.
Padahal masaknya begitu saja. Tak ada takaran saat memasukkan bumbunya. Plang plung gitu saja. Apa karena efek tungku? Katanya kalau cara masaknya masih tradisional jadi terasa istimewa.
Atau karena pada dasarnya Bulik saya jago masak? Entahlah. Pokoknya kalau saya dan keluarga dari Jakarta bilang akan mudik. Setibanya di sana sudah tersaji masakan kesukaan masing-masing.
Baik sekali Bulik saya itu. Makanya begitu ibu tiada, saya kerap merindukan sayur asem buatan bulik. Karena sudah tidak setiap tahun saya mudik ke sana. Apalagi nenek saya juga telah tiada.
Mudiknya suka-suka. Tergantung mood dan isi kantong. Begitu ada kesempatan mudik maka langsung proses dan meluncur. Tiba di rumah Bulik, sambutannya tetap sama. Penuh kehangatan.
Urusan menu juga sama. Tidak berubah, ada atau tidaknya ibu. Jika begini bagaimana saya tidak merindukan sayur asem buatan Bulik? Nantilah begitu ada long weekend saya pulang ke Lampung. Semoga. (EP)