Desy Rosmayawati
Desy Rosmayawati Wiraswasta

Hanya seorang penikmat kabut dan ketinggian

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Pesanggrahan Ngeksigondo, Mengintip Staycation Ala Raja

19 April 2023   21:39 Diperbarui: 19 April 2023   21:43 1714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila Kompasianer mendengar tentang Jogja, pasti tidak akan terpisah dari Malioboro, Kasultanan Ngayogyakarta, juga Parangtritis. Hampir setiap paket wisata memasukkan destinasi wisata tersebut. Sebenarnya, masih banyak destinasi yang mungkin kurang populer, tetapi layak dikunjungi. Salah satu hobi saya adalah mengunjungi tempat wisata yang masih tersembunyi.

Salah satu tempat di Jogja yang cukup terkenal adalah Kaliurang. Kaliurang biasanya menjadi destinasi wisata warga lokal. Taman Bermain Kaliurang, dulu selalu menjadi destinasi wisata bagi anak-anak TK. Saya masih ingat betul, saat TK berwisata ke sana. Yang khas adalah banyaknya ayunan serta jungkat-jungkit.

Salah satu tempat bersejarah yang mungkin masih asing di telinga adalah Pesanggrahan nDalem Ngeksigondo. Pesanggrahan ini terletak satu kompeks dengan Taman Kaliurang. Dulunya, bangunan ini merupakan tempat peristirahatan milik Belanda. Pada masa HB VIII (sekitar tahun 1927) pesanggrahan ini dibeli dan menjadi hak milik Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Halaman pesanggrahan ini sangat luas. Maka oleh pihak keraton halaman ini diubah menjadi taman. Selain itu juga diisi dengan hewan-hewan klangenan atau kesukaan raja, sehingga mirip hutan kecil dan disebut Kebon Rojo atau kebun milik raja.

Pesanggrahan ini masih digunakan hingga HB IX. Setiap akhir minggu, raja mengajak keluarganya untuk "staycation" di Pesanggrahan Ngeksigondo. Beliau mengajak anak-anak lelakinya memancing di Tlogo Putri yang banyak udangnya. Maka tempat itu dikenal sebagai "Kaliurang" di kemudian hari. Tak hanya itu, HB IX juga hobi memasak, maka beliau pun memiliki ruang khusus untuk memasak.

Pesanggrahan ini memiliki 4 bagian bangunan yaitu Gedung Induk, Gedung Gongso (Gedung Gamelan), Gedung Telepon, dan Gedung Diesel. Keunikan pesanggrahan ini adalah kuda-kuda rumah ini terbuat dari kayu jati dan pada gedung utama masih memiliki cerobong asap.

Tak banyak yang tahu bahwa pesanggrahan ini dan Wisma Kaliurang merupakan tempat dilaksanakannya Komisi Tiga Negara (KTN). HB IX meminjamkan tempat ini dan juga menjamu para tamu negara di sini.

Salah satu bangunan yang tak dapat dipisahkan dari pesanggrahan ini adalah sebuah tembok. Tembok ini sekarang disebut Tembok Cinta. Dulu, tembok ini rencananya akan dibuat lumbung. Tak jadi dibuat lumbung, sudah berganti untuk membuat garasi. Ada lagi narasi yang menyebutkan untuk istal kuda. Pada akhirnya, tembok ini dibiarkan begitu saja, karena Sri Sultan mewanti-wanti untuk tidak membongkar tembok tersebut. Pengelola Taman Kaliurang mencoba menyulap sepanjang tembok itu menjadi Taman Anggrek.

Di depan tembok yang berdiri memanjang ini ada sebuah pohon kantil yang sudah berusia 227 tahun. Pohon ini berdiri kokoh, menjadi saksi mata yang tak dapat berbicara tentang segala yang terjadi di Kaliurang. Di bawah pohon ini dibangun sebuah misbah yang disebut Misbah Kantil. Tempat ini digunakan untuk pementasan sendra tari tentang kisah cinta kembang Mataram, "Sekar Pembayun."

Dalam menelusuri jejak sejarah, kita bisa menginap di jaringan Santika hotel. Di Jogjakarta, Santika hotel dan jaringannya terletak di pusat kota Jogja, sehingga memudahkan para wisatawan yang ingin berkeliling Jogja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun