Buih-buih Identitas di Balik "Nyamannya" OOTD Ngabuburit
Berbicara mengenai pakaian, tentu kita akan mendapatkan fakta, bahwa apa yang dikenakan sehari-hari tak hanya melulu persoalan nilai barang, brand terkenal, atau sesuai dengan selera zaman. Terlebih, kalau diperhatikan lebih jauh, pakaian ialah sebuah identitas bagi pemakainya. Bahkan, di zaman dahulu (hingga kini) melalui pakaian kita dapat mengetahui karakter, kepribadian hingga pandangan politik seseorang.
Saya pribadi yang sehari-hari hidup mengais rejeki lewat lajur kreatif pun sama, memilih menyuarakan karakter dari pakaian yang dikenakan, dan begitu pula seisi kantor tempat saya bekerja. Ada yang nyaman dengan gaya anak band disertai kaos oblong dengan artwork band favorit. Ada yang nyaman dengan gaya eksekutif muda dengan menggabungkan kemeja lengan panjang dan celana chino. Serta ada yang nyaman dengan bergaya ala anak motor dengan kaos oblong beserta celana pendek plus rantai dompet sebagai obat ganteng (zaman dulu sekali). Hehhehehe..
Kusus diri pribadi, karena memang terlahir dan hidup didaerah yang banyak pantai dan agak panas (Sumbawa Besar). Maka semenjak sehabis kuliah, saya langsung buru-buru mencari dimana kantor yang dapat mengakomodasikan penampilan, dengan membolehkan celana pendek sebagai syarat utama mencari kerja.
Susah? Tentu, namanya kalau dikulik suatu hari pasti dapat. Oleh karenanya, saya memlih kerja dalam bidang kreatif, yang kebanyakkan bukan melihat tampilan rapi semata, tetapi lebih pada skill per-individu, seraya Google mencari pegawai, seperti yang pernah saya dengan dalam sebuah berita "tak peduli lulusan mana, anak di kolong jembatan pun, kalau memiliki skill dan kreatif kita akan terima."
Saya sehari-hari memang menyukai gaya pakaian dengan memadukan celana pendek dan kemaja lengan pendek. Menurut saya, inilah gaya yang pas untuk mewakili spirit Young, Wild, & Free yang ada pada diri. celana pendek sebagai symbol kebebasan (free), warna hitam yang memberi kesan liar (wild), dan kemaja lengan pendek yang memberi makna jiwa muda (young). Masalah alas kaki yang dikenakan, saya tak terlalu fanatik, kadang sepatu bernuansa budaya skate, budaya punk, atau budaya gaya hidup sehat aktif bisa saja menjadi pilihan.
Layaknya Bung Karno dengan peci hitamnya, yang oleh Cindy Adams (penulis Biografinya), disebutkan Peci menurut bung karno ialah "simbol nasionalis," dan itu berhasil mengubah pandangan, bahwa peci yang hanya dikenakan oleh rakyat biasa, kini telah digunakan oleh hampir seluruh pemimpin bangsa Indonesia pasca Soekarno.
Akhir kata, apapun tampilan yang ingin Anda pertegas sebagai identitas sewaktu ngabuburit dan buka bersama (bukber), pastikan dulu, apakah nyaman digunakan. Jika sudah nyaman, maka langkah berikutnya ialah nikmati, resapi dan bangga-lah akan hal tersebut. Salam...