Devi Meilana Trisnawati
Devi Meilana Trisnawati Pengajar

Pengagum Berat Westlife. Menaruh cinta pada dunia Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadhan Kembali Datang, Keegoisan Tidak Boleh Terulang

14 April 2021   23:04 Diperbarui: 14 April 2021   23:16 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadhan Kembali Datang, Keegoisan Tidak Boleh Terulang
Sumber: Abdullah Ghatasheh from Pexels

Keegoisan yang Tidak Boleh Terulang

Indonesia yang terkenal akan masyarakat yang plural, tentu memiliki banyak sekali tradisi dalam menyambut bulan Ramadhan. Bahkan, setiap daerah memiliki keunikan sendiri-sendiri ketika menjalankan tradisi Ramadhan. Tradisi-tradisi tersebut dilakukan secara beramai-ramai dan berbondong-bondong.

Namun, berkaca sejenak dari Ramadhan 1441 H atau pada tahun 2021, umat muslim khusunya di Indonesia seakan tetap tak ingin kehilangan antusias yang tidak disertai dengan kesadaran bahaya yang mengancam di depan mata. Antusiasme yang berujung keegoisan itu rupanya diwujudkan dengan tetap menjalankan tradisi dan ibadah yang dilakukan bersama bahkan dengan tanpa menaati rambu-rambu protokol kesehatan yang telah diperingatkan oleh pemerintah sebelumnya, dalam upaya menekan laju angka penyebaran virus corona. Prinsip untuk menjalan ibadah yang hanya dijalankan tanpa ada rasa tanggung jawab itu justru yang disayangkan dari Ramadhan pada taun 2020 silam.

Dari artikel yang diunggah oleh cnnindonesia.com pada 1 Juni 2020, pada bulan Ramadhan justru terjadi adanya lonjakan kasus positif virus corona sebanyak dua kali lipat yang mencapai 16.335 orang, pada bulan Mei 2020, bulan yang menjadi minggu-minggu terakhir Ramadhan 2020. Sebelumnya, Badan Intelijen Negara (BIN) telah memprediksi bahwa puncak kenaikan angka positif corona diperkirakan terjadi saat memasuki bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri 1441 H.

Beberapa pola pikir masyarakat yang "masih" primitif menganggap bahwa ibadah adalah suatu hal yang tidak boleh dilakukan, apapun keadaannya. Padahal, merujuk pada ahli ulama dan cendekiawan muslim, ibadah dapat dilaksanakan dengan mengubah cara pelaksanaanya akibat dari adanya keadaan darurat. Ditambah, rasa abai dan terkesan remeh masih sangat melekat pada masyarakat yang seolah mendukung proses penyebaran virus corona.

Sumber:jabarekspres.com
Sumber:jabarekspres.com
Padahal, Kementerian Agama telah mengeluarkan Surat Edaran Kementerian Agama Nomor 6 Tahun 2020 tentang Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441H di tengah pandemi corona yang berisikan mengenai perubahan "cara" beribadah dalam menyambut dua momen besar bagi umat muslim tersebut. Diantaranya, salat tarawih secara individual (keluarga), tadarus takjil hingga sahur yang dilakukan di rumah masing-masing. Tentu, pemerintah tidak akan asal-asalan dalam menerbitkan peraturan, tetapi telah melalui proses diskusi dan musyawarah dengan pemuka agama, ahli ulama hingga cendekiawan muslim.

Menahan Diri, Patuhi Protokol Kesehatan

Keinginan untuk keluar dari keadaan pandemi tentu ingin segera dirasakan oleh masyarakat dunia, tak terkecuali umat muslim yang ingin kembali menyambut Ramadhan dan merayakan Lebaran seperti sedia kala. Namun, situasi saat ini yang menjadi fokus adalah menahan diri dari segala keegoisan. 

Ingatlah berapa banyak korban telah berjatuhan, tak luput pula pahlawan garda terdepan, yaitu dokter, perawat dan tenaga medis lainnya, serta pasukan penerbitan seperti satuan tugas pengamanan (satgas), TNI/POLRI hinggga relawan. Keinginan untuk tetap menjalankan ibadah seperti semua bahkan tanpa penerapan protokol kesehatan adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab.

Sumber: tirto.id
Sumber: tirto.id
Maka, kali ini, pada Ramadhan 1442 H, semoga tidak ada lagi keegoisan dalam menjalankan ibadah hanya karena ingin melaksanakan tanpa ada rasa kesadaran akan situasi berbahaya saat ini. belajar dari pengalaman tahun sebelumnya, yang justru semakin banyak korban berjatuhan. Hindari sikap acuh dan remeh terhadap bahaya virus corona, disaat pihak lain mati-matian berjuang, justru diri sendiri yang mendukung adanya penyebaran virus tersebut.

Maka, mari kita laksanakan ibadah di bulan Ramadhan dapat dengan cara-cara di bawah ini:

  • Berbuka bersama atau sahur bersama keluarga di rumah
  • (Bila ingin berbagi, cukup mengirimkan makanan ke tempat tujuan)
  • Salat tarawih berjamaah di rumah
  • (Bila ingin tetap ke masjid, pastikan telah mandi, mencuci tangan dan kaki, membawa perlengkapan ibadah sendiri, memakai masker dan jaga jarak)
  • Tadarus bersama di rumah, atau via online
  • I'tikaf dengan melihat banyaknya jamaah di masjid
  • Menaati adanya larangan mudik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun