Ramadhan Kembali Datang, Keegoisan Tidak Boleh Terulang
Keegoisan yang Tidak Boleh Terulang
Indonesia yang terkenal akan masyarakat yang plural, tentu memiliki banyak sekali tradisi dalam menyambut bulan Ramadhan. Bahkan, setiap daerah memiliki keunikan sendiri-sendiri ketika menjalankan tradisi Ramadhan. Tradisi-tradisi tersebut dilakukan secara beramai-ramai dan berbondong-bondong.
Namun, berkaca sejenak dari Ramadhan 1441 H atau pada tahun 2021, umat muslim khusunya di Indonesia seakan tetap tak ingin kehilangan antusias yang tidak disertai dengan kesadaran bahaya yang mengancam di depan mata. Antusiasme yang berujung keegoisan itu rupanya diwujudkan dengan tetap menjalankan tradisi dan ibadah yang dilakukan bersama bahkan dengan tanpa menaati rambu-rambu protokol kesehatan yang telah diperingatkan oleh pemerintah sebelumnya, dalam upaya menekan laju angka penyebaran virus corona. Prinsip untuk menjalan ibadah yang hanya dijalankan tanpa ada rasa tanggung jawab itu justru yang disayangkan dari Ramadhan pada taun 2020 silam.
Dari artikel yang diunggah oleh cnnindonesia.com pada 1 Juni 2020, pada bulan Ramadhan justru terjadi adanya lonjakan kasus positif virus corona sebanyak dua kali lipat yang mencapai 16.335 orang, pada bulan Mei 2020, bulan yang menjadi minggu-minggu terakhir Ramadhan 2020. Sebelumnya, Badan Intelijen Negara (BIN) telah memprediksi bahwa puncak kenaikan angka positif corona diperkirakan terjadi saat memasuki bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri 1441 H.
Beberapa pola pikir masyarakat yang "masih" primitif menganggap bahwa ibadah adalah suatu hal yang tidak boleh dilakukan, apapun keadaannya. Padahal, merujuk pada ahli ulama dan cendekiawan muslim, ibadah dapat dilaksanakan dengan mengubah cara pelaksanaanya akibat dari adanya keadaan darurat. Ditambah, rasa abai dan terkesan remeh masih sangat melekat pada masyarakat yang seolah mendukung proses penyebaran virus corona.
Menahan Diri, Patuhi Protokol Kesehatan
Keinginan untuk keluar dari keadaan pandemi tentu ingin segera dirasakan oleh masyarakat dunia, tak terkecuali umat muslim yang ingin kembali menyambut Ramadhan dan merayakan Lebaran seperti sedia kala. Namun, situasi saat ini yang menjadi fokus adalah menahan diri dari segala keegoisan.
Ingatlah berapa banyak korban telah berjatuhan, tak luput pula pahlawan garda terdepan, yaitu dokter, perawat dan tenaga medis lainnya, serta pasukan penerbitan seperti satuan tugas pengamanan (satgas), TNI/POLRI hinggga relawan. Keinginan untuk tetap menjalankan ibadah seperti semua bahkan tanpa penerapan protokol kesehatan adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab.
Maka, mari kita laksanakan ibadah di bulan Ramadhan dapat dengan cara-cara di bawah ini:
- Berbuka bersama atau sahur bersama keluarga di rumah
- (Bila ingin berbagi, cukup mengirimkan makanan ke tempat tujuan)
- Salat tarawih berjamaah di rumah
- (Bila ingin tetap ke masjid, pastikan telah mandi, mencuci tangan dan kaki, membawa perlengkapan ibadah sendiri, memakai masker dan jaga jarak)
- Tadarus bersama di rumah, atau via online
- I'tikaf dengan melihat banyaknya jamaah di masjid
- Menaati adanya larangan mudik