Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com
Nada dan Dakwah, Film Religi yang Mempertemukan H. Rhoma Irama dan K.H. Zainuddin M.Z.
Inilah briliannya Asrul Sani sebagai penulis skenario dengan memberikan konflik yang umum terjadi di masyarakat. Asrul Sani sendiri telah beberapa kali berkolaborasi dengan Chaerul Umam, salah satunya dalam film Titian Serambut Dibelah Tujuh yang meraih piala Citra untuk skenario asli terbaik. Dalam film Nada dan Dakwah ini, Asrul Sani juga kembali mendapat piala Citra untuk kategori cerita asli terbaik.
Dalam film Nada dan Dakwah, ada tiga tokoh yang memberikan pesan-pesan religi ke masyarakat, dari tokoh yang diperankan Deddy Mizwar, Rhoma Irama, hingga K.H. Zainuddin M.Z. Baru setelah dai sejuta umat ikut bergabung dan mendampingi mereka, warga perlahan-lahan luluh, sehingga para preman kaki tangan pengusaha, menyebutnya sebagai penghasut.
Seperti film-film Rhoma Irama pada umumnya, film ini juga dihiasi oleh lagu-lagu Soneta Group. Lagu-lagu ini membuka cerita, muncul di pertengahan film, hingga menutup film. Lagu-lagu yang dibawakan Rhoma memiliki pesan-pesan bijak yang sesuai dengan isi film. Lagu-lagu tersebut di antaranya Buta Tuli, Jaga Diri, Anastana, dan Perbedaan.
Petuah-petuah Bijak K.H. Zainuddin M.Z dalam Film
Sementara itu K.H.Zainuddin M.Z banyak memberikan petuahnya di film ini. Bagi yang kangen mendengar isi ceramah dai ini maka kalian bisa kembali menyaksikan film ini. Berikut beberapa pesannya yang bernas. Beberapa di antaranya terasa menyentil:
Dalam film ini disarankan agar umat Islam tumbuh menjadi umat yang produktif. "... Islam bukan agamanya orang pemalas yang selesai sholat boleh berpangku tangan berkhayal menunggu keajaiban. Jangan jadi pemalas. Umat ini harus jadi umat produktif, bukan menjadi umat yang konsumtif..."
Kemudian jamaah dalam film ini diingatkan agar menjauhi perbuatan maksiat. "...situasi jahiliyah sengaja diciptakan seperti perjudian dan kemesuman sehingga dengan mudah mereka dapat dikuasai..."
Di dalam film ini ia mengkritisi peranan ulama agar kembali banyak terlibat di sendi-sendi kehidupan. Sudah waktunya ulama kembali banyak berperan membantu umat di sekelilingnya, bukan hanya membantu warga membaca doa.
Ketika berbicara dan berdiskusi dengan Rhoma, keduanya merenungi cara mereka berdakwah, apakah sudah pas. "Saya sendiri melihat bahwa dakwah kita selama ini ibarat tersenyum kepada orang buta atau berbisik kepada orang tuli, kita lebih banyak memukul daripada merangkul. Kita lebih sering mengejek daripada mengajak..."
K.H. Zainuddin dalam film juga mengingatkan agar jamaah tidak silau oleh harta. "...Kalau satu perbuatan hanya didasarkan kepada mencari keuntungan materi semata, orang akan mudah terjebak untuk menghalalkan segala cara... "
Ia kembali mengingatkan pentingnya untuk merasa cukup dan bersyukur karena ketika seseorang berhadapan dengan materi itu ibarat minum air laut, semakin diminum semakin haus, semakin kering tenggorokan dibuatnya.
"...kalau saja manusia punya dua ladang berisi emas, maka ia akan mencari ladang ketiga. Tidak pernah penuh mulut manusia ini kalau belum ditutup dengan tanah membujur di liang lahat. Silakan saja kaya tapi jangan menghalalkan segala cara. Boleh jadi besar, tapi jangan monopoli. Jangan coba-coba berdiri di atas bangkai orang lain dan tersenyum di atas untaian air mata dan penderitaan..."