TRADISI Pilihan

Ramadhan Penuh Keajaiban di Kaki Gunung Ciremai Era 80-an

2 April 2023   08:56 Diperbarui: 2 April 2023   09:14 1596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali ke suasana rumah Apa dan Ibu yang masih berlantai tegel, sebagian bersemen, bahkan dapurnya masih beralas tanah. Dua buah tungku kayu bakar dari susunan bata merah berbalut plesteran semen menjadi alat masak utama selain satu buah kompor minyak tanah yang jarang sekali digunakan. Ada langseng, panci, ketel, dan kuali yang hitam legam terkena jelaga setiap hari. Mungkin sudah dicuci dan disikat abu gosok dengan susah payah tapi tetap saja kembali menghitam. 

Adegan keren nan ajaib adalah cara menyalakan api di tungku kayu bakar itu. Bibi menyusun kayu dan masukkan sabut kelapa, lalu menyalakan korek api. Api kecil mulai membesar seiring hembusann angin dari pipa bambu yang ditiupkan Bibi. 

Tungku kayu bakar. Sumber: https://food.detik.com/ 
Tungku kayu bakar. Sumber: https://food.detik.com/ 

Air yang digunakan untuk memasak berasal dari sumur dengan timba -kerekan tali ban warna hitam. Letak sumur ada di bagian belakang rumah bersatu dengan kamar mandi tanpa atap dan tanpa pintu. Ketika aku akan mandi, pamanku menyiapkan dulu air dengan benda ajaib bernama timba. Ia menimba air dan memasukkannya ke dalam bak yang besar sekali. He3 ... Aku pernah iseng loh, masuk ke dalam bak mandi itu dan berendam di sana. Tentu saja pamanku mengomel tak karuan karena harus menguras bak mandi dan mengisinya kembali.

Pamanku baik sekali hatinya walau keponakan yang tak tahu diri sudah membuatnya capek. Ia tetap semangat memanjat pohon kelapa untuk menyenangkan hatiku yang kepingin banget buka puasa dengan kelapa muda. Bibiku tak kalah baiknya, bahkan cenderung memanjakanku. Ia membuatkan makanan ajaib yaitu cincau dari daun cincau yang tumbuh di pinggiran kolam ikan milik Apa. Ikan mujair dan gurame  dari kolam di depan rumah juga disajikan untuk hidangan buka puasaku. 

Waaahhh ... Lahap sekali aku berbuka dengan segala makanan dan minuman yang terasa lebih enak dibanding di Jakarta. Mau tahu makanan ikan peliharaan Apa? Selain daun talas yang dicincang, ternyata ada toilet jongkok di pinggir kolam. Kotorannya mengalir jatuh bebas ke dalam kolam. Aneh bin ajaib ... Ikan-ikan itu berebut menyantapnya. Entahlah ... Mungkin itu yang membuat ikannya terasa sedap ketika disantap. 

Baca kisah saat balita aku tenggelam di kolam ikan milik Apa di sini: Gadis Cilik di Atas Pohon Mangga

Patromaks lampu ajaib. Sumber: https://pakuanpos.com/
Patromaks lampu ajaib. Sumber: https://pakuanpos.com/

Satu lagi keajaiban yang ada di rumah Apa dan Ibu adalah patromaks.  Menyalanya lampu petromaks itu seperti sulap ... Kok bisa? Kaos lampu yang kempes dan terbuat dari bahan yang seperti jala-jala jadi genduuut dan taaaraaa menyala terang ... Amazing! Aku suka wangi spirtus berwarna biru dengan rasa dingin bila disentuh jari jemari dan ditiup.

Petromaks hanya untuk menerangi ruang makan dan ruang tamu.  Sementara di kamar tidur,  Apa  memakai lampu teplok minyak tanah. Hmmmm ... Kamu yang pernah mengalami pasti tak pernah lupa bau khas nya yang menempel dibaju dan semua kain-kain di kamar. Bila kebelet pipis pada malam hari masih oke lah pakai obor ke bagian belakang rumah. Akan sangat menyeramkan jika kebelet buang air besar, karena letaknya ada di dekat kolam ikan jauh dari rumah. Jadi berharap jangan sampai kebelet malam hari supaya tidak merepotkan seisi rumah.

Ibu dan Bibi akan menemaniku shalat tarawih di masjid desa yang juga diterangi dengan patromaks. Kami berjalan membawa obor untuk sampai di sana. Jalannya naik turun dan masih berupa susunan batu alam. Harus berhati-hati agar tidak tergelincir. Udara malam yang dingin dan angin semilir membuatku sering tertidur di atas sajadah sebelum shalat berakhir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun