Lailatul Qadar dan Pengharapan
Jika saja kita gagal meraih ampunan Allah, Rasullullah bersabda, "Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang datang kepadanya Ramadhan kemudian bulan tersebut berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya)." (HR Tirmidzi).
Dalam diri kita sudah selayaknya tumbuh rasa takut (khauf) akan dosa-dasa yang telah diperbuat. Pada saat yang bersamaan juga tak pernah lepas dari rasa harap (roja’) terhadap rahmat dan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bila keduanya menyatu dalam diri seorang mukmin, maka akan seimbanglah seluruh aktivitas kehidupannya.
Sebab dengan khauf akan membawa kita untuk selalu melaksanakan ketaatan dan menjauhi perkara yang diharamkan, sedangkan roja` akan menghantarkan kita untuk selalu mengharap apa yang ada di sisi Rabb-nya ‘Azza wa Jalla.
Adanya khauf (takut) dan roja` (pengharapan) seorang mukmin akan selalu ingat bahwa dirinya akan kembali ke hadapan Sang Penciptanya (karena adanya rasa takut), disamping ia akan bersemangat memperbanyak amalan-amalan (karena adanya pengharapan).
Maka janganlah kita pernah lelah untuk mengajukan permintaan di setiap malam Ramadhan, "Allahumma innaka ‘afuwwun karim tuhibbul ‘afwa fa’fu anni'." Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan lailatul qadar. Aamiin.**