Satu Blok Tiga Warna (Pluralis yang Harmonis antara Islam, Kristen, dan Konghucu)
Jadi tidak sanggup untuk menghinanya.
Lagipula dalam agama Islam, toleransi sudah final tidak perlu lagi diperdebatkan. Allah berfirman di dalam Surat Al Kafirun Ayat 6,
Lakum dnukum wa liya dn
Artinya: Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku". (Q.S. Al-Kafirun:6)
Seperti ceramahnya Ustad Adi Hidayat, bahwa muslim tidak akan menghina agama lain karena persoalan toleransi di agama kita sudah sangat jelas.
Selain aroma hio yang membuat kaget di awal tinggal di sini, culture shock selanjutnya adalah suasana lebaran yang sepi. Hehe.
Saya terbiasa tinggal di wilayah masyarakat hampir semuanya muslim, di rumah masa kecil saya hanya ada dua tetangga yang Kristen, selebihnya muslim. Di mana kalau lebaran ramai semua orang keluar saling mengunjungi tetangga, berkeliling. Pokoknya ramai sekali.
Ketika tinggal di rumah peninggalan alm.mertua, kok sepi. Hehehe. Tidak terasa hawa lebarannya. Saya berkeliling ke rumah tetangga yang muslim tidak banyak, sering melihat tetangga non muslim juga ikut berkeliling untuk memberi selamat kepada kami.
Suasana sepi ketika lebaran membuat saya lebih memilih berlebaran di rumah orang tua saya. Biar vibes lebarannya terasa. Hehe.
Begitulah cerita tentang toleransi saya dengan tetangga yang bermacam-macam agama. Hidup berdampingan dengan damai dan saling menghargai hak masing-masing ternyata bisa.
Semoga kita bisa terus saling bertoleransi antar umat beragama.
Semoga bermanfaat.