Memasak Nasi dalam Segenggam Syukur
Padahal, bersyukur bisa membuat saya tersenyum sendiri, bisa membuat hati lapang, bisa membangkitkan semangat, bisa membuat bahagia. Atau bahkan, bisa membuat saya introspeksi diri.
Melihat diri sendiri, apakah selama ini sudah sadar bahwa setiap yang terjadi merupakan kehendak-Nya? Bahwa tanpa campur tangan-Nya, hal-hal kecil yang manis pun tak akan bisa tercipta?
Lalu, bagaimana cara saya bersyukur? Apakah cukup dengan mengucap "alhamdulillah" dan "bismillah" setiap akan memulai sesuatu?
Bersyukur merupakan sikap terima kasih kita kepada Allah, Tuhan yang memberikan segala kebaikan. Jika ada orang lain memberikan kebaikan kepada kita, biasanya tak cukup dengan ucapan terima kasih. Kita berusaha untuk membalas kebaikannya. Lalu jika Allah yang memberikan kebaikan itu, apakah kita juga ingin membalas kebaikan-Nya? Semestinya begitu.
Cara kita bersyukur bisa dengan bermacam jalan, yang intinya berusaha menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa pun larangan-Nya. Misalnya dengan berusaha terus meningkatkan ibadah kita, berbuat baik terhadap sesama, memperbanyak sedekah, dan masih banyak lagi. Termasuk menjaga kesehatan tubuh kita sendiri sebagai salah satu ciptaan-Nya.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim ayat 7 yang artinya:
"Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan, "Sesungguhnya jika kalian bersyukur (atas nikmat-Ku), pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih."
Setelah hari ini diawali dengan cerita indah tentang memasak nasi dalam segenggam syukur, saya bertekad untuk mewujudkan syukur itu dengan menjalankan ibadah puasa Ramadan 1445 H ini dengan sebaik-baiknya. Bismillah.
Bagaimana ceritamu, kawan?