Ramadhan, Saatnya Memvaksin Diri dengan Iman & Takwa
Akal adalah alat yang diberikan kepada kita untuk memahami perintah dan larangan-Nya, untuk menerjemahkan tanda-tanda yang Ia berikan baik di dalam kitab suci ataupun alam semesta ini demi kemaslahan kehidupan kita sendiri.
Akal merupakan sebuah anugerah yang harus dapat kita pertangungjawabkan pula. Bagaimana kita menggunakan dan mengelola akal kita dengan benar. Akal yang semestinya dapat tunduk kepada keimanan dan ketakwaan. Bukan sebaliknya.
Ketika manusia telah benar-benar dapat beriman dan bertakwa, sesungguhnya dia telah dapat memberi vaksin terhadap dirinya sendiri yang melindunginya dari egoisme yang seringkali mengekang dan membuatnya tidak nyaman, menghadirkan ketakutan-ketakutan.
Ketika kita tidak dapat menundukkan akal dan hawa nafsu kita, yang kita rasakan adalah keinginan-keinginan yang terus menerus dan tidak pernah ada habisnya.
Tak ada batas yang akan dapat kita capai. Semakin kita menemukan jawaban atas sesuatu dengan akal kita, semakin akal kita akan menyeret kita ke pertanyaan-pertanyaan, ke persoalan-persoalan lebih pelik berikutnya. Keimanan dan ketakwaan itulah semestinya batas yang kita miliki.
Keimanan dan ketakwaan akan menjadi counter dari segala apa yang kita lakukan, kita persepsikan dengan akal pikiran kita. Bukan sebaliknya.
Ibadah puasa Ramadhan memang dapat dijadikan latihan untuk menguji keimanan dan ketakwaan kita. Bagaimana kita mengendalikan akal dan ego kita, bagaimana kita mengendalikan keinginan-keinginan kita, untuk tunduk dan patuh terhadap-Nya.
Semoga kita termasuk orang yang beriman dan dapat menyelesaikan ibadah Ramadhan, dapat lulus dengan mencapai predikat takwa yang sebenar-benarnya. Amin.
Baca artikel-artikel KBC-43 menarik lainnya:
Belajar Menjaga Kepekaan Sosial dari "Nasi Anjing"
Cara Mengamankan Android, WhatsApp, dan Akun Media Sosial Kita