Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Programmer

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Memaknai Kemenangan dalam Idul Fitri

24 Mei 2020   03:12 Diperbarui: 24 Mei 2020   06:08 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memaknai Kemenangan dalam Idul Fitri
eid mubarok | dokpri

Tidak ada paksaan dalam berpuasa. Karenanya seruan puasa pun Allah sampaikan bukan kepada semua orang. Seruan puasa hanya disampaikan kepada orang-orang yang telah beriman, sebagiamana Ia firmankan dalam Alquran 2:183.

Meski ibadah puasa bukanlah ibadah yang dipaksakan, namun di sinilah justeru yang memberatkan puasa itu bagi kita. Ketika sudah berbicara tentang kebebasan  kehendak, tentang kebebasan hawa nafsu, maka memang tidak ada yang bisa mengendalikannya, selain kita sendiri. Kehendak, hawa nafsu atau egoisme adalah musuh yang terberat yang kita miliki. 

Bagaimanapun, ketika dihadapkan kepada kebebasan berkehendak, manusia seringkali terlena dan tidak dapat mengendalikannya. Manusia cenderung terlarut dengan egoismenya.

Pelaksanaan kebebasan kehendak, mungkin bisa kita rasakan dari kegiatan work from home di masa pandemi sekarang ini. Bekerja di rumah dengan minimnya pengawasan, tidak seperti saat kita bekerja di kantor, membuat kita mau tidak mau harus bisa mendisiplinkan diri kita sendiri. Demikian halnya puasa.

Karenanya puasa pun merupakan ibadah yang sangat-sangat istimewa. Saking istimewanya, apreasiasi atau pahala yang diberikan oleh Allah kepada orang yang sedang berpuasa, sungguh besar nilainya. Bahkan di dalam bulan Ramadhan, Allah sediakan sebuah bonus berupa lailatul qadar yang nilai pahalanya bahkan setara dengan nilai pahala ibadah selama seribu bulan. 

Lailatul qadar adalah sebuah malam di mana ketika kita melakukan ibadah apapun di dalamnya, maka pahalanya akan dilipatgandakan sedemikian rupa. Sebagian ulama menyebutkan bahwa lailatul qadar berada pada periode sepuluh hari yang ketiga, meski ada pula yang menyatakan bahwa lailatul qadar bisa berada pada malam kapanpun selama bulan Ramadhan. 

Artinya memang, bahwa lailatul qadar adalah sebuah bonus. Dan bonus hanya diberikan kepada mereka yang benar-benar menjalankan perintah, dalam hal ini berpuasa. Bonus sifatnya diberikan karena prestasi, bukan diminta atau dicari-cari.

Tidak hanya itu. Puasa pun merupakan satu-satunya ibadah yang hanya Allah sendirilah yang tahu hakikatnya. Sebagaiman Ia sampaikan dalam sebuah hadits qudsi, , "Setiap amalan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa hanyalah untuk-Ku dan Aku sendirilah yang akan langsung memberikan ganjarannya."

Demikian, maka wajar kiranya, jika Idul Fitri disebut sebagai hari kemenangan. Kemenangan bagi mereka yang telah lulus menjalankan ibadah puasa. Kemenangan memenangkan diri dari hawa nafsu, dari egoisme. 

Kemenangan yang semestinya membuat orang yang telah meraihnya, menjadi lebih baik lagi. Dengan lulus menjalankan ibadah puasa, berarti ia telah berhasil mengendalikan dan meluruhkan hawa nafsunya, menundukkan egoismenya. Ia telah mengembalikan dirinya kepada kefitrahan.

Semoga kita termasuk orang-orang yang meraih kemenangan. Kita termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah kita sebagai manusia, sebagai makhluk Allah yang dapat mengendalikan hawa nafsu kita, dapat menundukkan egoisme kita. Semoga kita tetap selalu menjadi orang-orang yang beriman, yang akan selalu diperhitungkan mendapatkan seruan-Nya. Semoga kita menjadi orang-orang yang bertakwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun