Dani Iskandar
Dani Iskandar Administrasi

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Ubahlah Cara Ceramahmu Ustad

8 April 2024   16:18 Diperbarui: 8 April 2024   16:41 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ubahlah Cara Ceramahmu Ustad
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Umat manusia di seluruh dunia saat ini menghadapi hari-hari terakhir di bulan Ramadhan dan akan menyambut Hari Kemenangan, Hari Raya Idul Fitri 1445 H. Sebagaimana diketahui umat Islam di seluruh dunia bahwa Ramadhan terbagi menjadi 3 fase yaitu rahmat, maghfirah dan itqun minannar. 

Namun dalam artikel di NU Online tahun 2019 yang ditulis oleh Ustad Muhammad Alvin Nur Choironi, mengatakan bahwa hadits tersebut lemah (hadits dhaif). Bulan Ramadhan menjadi bulan tampilnya para dai. Mulai dari mesjid hingga layar televisi. 

Ajakan dan motivasi untuk berbuat baik di bulan Ramadhan, mulai bersedekah, beribadah dan sebagainya juga tesebar di berbagai media dakwah. Sehingga, untuk mendukung dan melegitimasi ajakan dan motivasi tersebut, terkadang para dari belum mampu menyaring hadits-hadits yang digunakan, bahkan masih ada yang menggunakan hadits dhaif untuk memotivasi orang untuk beribadah. 

Salah satu hadits yang sering digunakan oleh para dai adalah terkait pembagian keutamaan bulan Ramadhan menjadi tiga yaitu sepuluh hari pertama adalah rahmat, sepuluh hari kedua adalah ampunan (maghfirah) dan sepuluh hari ketiga adalah terbebas dari api neraka. Hadits ini diriwayatkan oleh al Baihaqi dalam Syu'abul Iman dan juga diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah dalam Shahih Ibn Khuzaimah. 

Meskipun diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah dalam shahihnya, menurut al Suyuthi, hadits ini bermuara pada satu sumber sanad yaitu Ali Ibn Zaid Ibn Jad'an yang divonis oleh para ulama sebagai orang yang dhaif. Lalu apakah hadits ini bisa diamalkan? 

Pada prinsipnya, hadits yang berkaitan dengan fadhail amal (keutamaan beramal) itu boleh diriwayatkan walaupun dhaif selama tidak berhubungan dengan akidah, seperti sifat Allah swt, dan tidak berhubungan dengan hukum syariat seperti halal dan haram.

Alangkah lebih baik jika dikuatkan dengan hadits lain yang secara substansi sama tapi lebih shahih sanadnya. Guru besar ilmu hadits Kiai Ali Mustafa Yaqub rahimahullah menyebutkan bahwa cukup menggunakan hadits shahih tentang orang puasa Ramadhan akan mendapatkan keutamaan diampuni doasanya yang lalu, sebagaimana riwayat al Bukhari yang artinya bahwa siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah maka diampuni dosanya yang telah lalu (HR Bukhari) atau bisa juga dengan redaksi yang lebih umum yang juga diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim yang artinya bahwa siapa yang menghidupkan bulan Ramadhan (dengan puasa atau ibadah) dengan iman dan mengharap pahala dari Allah swt, maka diampuni dosanya yang telah lalu, dan siapa yang menghidupkan (beribadah) malam lailatul qadar dengan iman dan mengharap pahala dari Allah swt maka diampuni dosanya yang telah lalu (HR Bukhari dan Muslim). Kiai Ali Mustafa Yaqub menyatakan bahwa hadits ini sudah cukup menjelaskan keutamaan beribadah pada bulan Ramadhan, tanpa harus menggunakan hadits-hadits dhaif bahkan maudhu'. Ini dilakukan dalam rangka berhati-hati agar kita tidak terjerumus untuk berbohong atas nama Nabi Muhammad saw.

Ustad Harus Banyak Membaca dan Kaya Ilmu

Terkait dengan hari-hari terakhir di bulan Ramadhan, sering kita dengar ceramah Pak Ustad baik di mimbar mushola, mesjid dan televisi yang mengatakan sepinya jamaah shalat Tarawih di penghujung Ramadhan, banyak kemajuan maksudnya saf atau barisan shalatnya yang semakin maju tinggal 1-2 saf saja, begitu juga dengan yang tadarus tinggal yang tua-tua saja, anak mudanya meramaikan mal, pusat perbelanjaan, dan kafe, sementara ibu-ibunya disibukkan dengan membuat kue lebaran dan sebagainya. 

Semua kondisi yang digambarkan Sang Dai menunjukkan merosotnya keimanan umat muslim yang terpedaya dengan kenikmatan duniawi sementara Nikmat Karunia Allah itu banyaknya di penghujung puasa. Ya seperti sebuah perlombaan saja, pemenang adalah mereka yang terbaik yang mendapatkan hadiah hiburan dan hadiah utama. Allah memberikan Pahala yang besar dan banyak melalui malam lailatul qadrnya, dan ganjaran amal ibadah lainnya yang berbeda dibanding bulan lainnya.

Penulis jadi teringat oleh sebuah video beberapa tahun silam dan sering diremake untuk mengingatkan orang-orang diseluruh dunia akan pentingnya Kata-kata. Ya kata-kata yang bisa mengubah dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun