Paradissa Mawla Khansa Andhini
Paradissa Mawla Khansa Andhini Mahasiswa

Take notes, watch and learn

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Kehangatan dan Bahagia yang Bergema di Hari Raya

16 April 2024   23:18 Diperbarui: 16 April 2024   23:33 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kehangatan dan Bahagia yang Bergema di Hari Raya
Dokumentasi pribadi (situasi perjalanan pulang kampung)

Seperti yang dikatan oleh Bunga dan Putri, sahabat saya yang juga ikut menemani saya di lebaran tahun ini, mereka pun juga memiliki kebiasaan-kebiasaan lebaran seperti masyarakat pada umumnya.

 “Aku biasanya sehari sebelum lebaran itu pasti nemenin nenek belanja ke pasar buat beli bahan-bahan opor sama ketupat, terus ya kayak biasa aja pas lebaran selesai shalat pasti maaf-maafan habis itu biasanya pergi ke rumah saudara-saudara..” ujar Bunga. 

“Iyaa, atau nggak bisa juga saudara yang datang ke rumah, karena kalau kebiasaan keluarga kadang yang lebih muda nyamperin ke rumah keluarga yang lebih tua” Putri ikut menambahkan.

Dokumentasi Pribadi (Narasumber: Bunga dan Putri)
Dokumentasi Pribadi (Narasumber: Bunga dan Putri)

Saat halal bi halal dimulai, meja makan dipenuhi dengan berbagai hidangan lezat khas lebaran. Dari ketupat, opor ayam, rendang, hingga kue-kue kering, setiap hidangan ini juga menggambarkan kekayaan budaya dan tradisi Indonesia. Di sekeliling meja makan, terdengar tawa dan candaan yang saling bersautan dari para anggota keluarga yang berkumpul.

Sambil menikmati hidangan lezat, cerita-cerita hangat pun terdengar di antara keluarga. Mulai dari kenangan masa kecil hingga rencana masa depan, setiap anggota keluarga saling berbagi dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Momen-momen seperti ini menjadi waktu yang sangat berharga untuk menciptakan kenangan indah bersama keluarga.

Dokumentasi Pribadi (situasi halal bi halal)
Dokumentasi Pribadi (situasi halal bi halal)

Selain itu sebagai umat muslim, terlebih sebagai masyarakat Indonesia, kita juga mengenal tradisi sungkeman. Tradisi ini tidak hanya sekadar ritual formal, namun lebih dari itu, sungkeman menjadi ungkapan rasa hormat, penghormatan, dan kasih sayang kepada sesama, terutama kepada orang tua, kerabat, tetangga, ataupun tokoh-tokoh yang lebih tua di masyarakat.

Sungkeman memiliki makna yang mendalam. Ia tidak hanya sekadar tindakan fisik, melainkan juga sebuah ungkapan dari hati yang penuh keikhlasan. Ketika seseorang melakukan sungkeman, ia tidak hanya menundukkan kepala, melainkan juga membawa makna bahwa ia siap menerima nasihat, kasih sayang, dan arahan dari orang yang lebih tua. Biasanya sungkeman ini dilakukan setelah kita melakukan shalat ied, sesampainya di rumah anggota keluarga berkumpul untuk melaksanakan sungkeman kepada orang tua dalam keluarga atau masyarakat

Momen lebaran atau idul fitri ini menjadi titik puncak dari rasa syukur atas berkah dan kesempatan yang diberikan Allah SWT, serta sebagai bentuk penghormatan kepada mereka yang telah memberikan kasih sayang dan arahan sepanjang hidup.

Tidak lupa ada juga tradisi yang lebih ditunggu-tunggu oleh seluruh generasi ketika hari raya tiba yaitu pembagian Tunjangan Hari Raya (THR). Biasanya pembagian THR ini diberikan dari orang dewasa yang sudah bekerja, orang tua, ataupun kakek-nenek. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun