Tentang Kopi dalam Intipan Literasi
"Hampir mustahil pada masa itu kopi sudah masuk di Indonesia, karena catatan jurnal secarah para pengelana dan pedagang tidak menyebutkan kopi. Pamor kopi kala itu masih kalah dengan rempah. Prasasti tahun 856, menjerumuskan pencarian saya kepada Prasasti Shivagrha, yang saat ini berada di Museum Nasional. Prasasti itu asalah cerita tentang Candi Prambanan. Jika kita lihat lini masa kopi, Kaldi tak sengaja menemukannya kira-kira 200 tahun sebelumnya, dalam jangka waktu itu, kopi mulai dibudidayakan bangsa Arab. Pada masa yang bersamaan, saya agak skeptis, bagaimana bisa kopi yang dikatakan tanaman endemik masuk ke Indonesia?" ungkap Hajid.
Berkat bantuan seorang teman, tulis Hajid, akhirnya satu versi penjelasan ia dapatkan. "Wiji kawih tidak pernah ada dalam prasasti manapun yang pernah saya baca," ungkap sang teman, Ismail Lutfi, yang ahli di bidang sejarah.
Lutfi hanya mengetahui frasa wiji kawah, pada banyak prasasti, yang mana merupakan salah satu dari kelompok mangilala drawyahaji (petugas penghimpun hak raja). Ternyata, wiji kawah adalah sebuah profesi dan bukan nama minuman.
Boleh jadi masih akan ada kejutan seputar literasi kopi. Namun, tidak untuk hari ini. Adzan Zhuhur akan segera berkumandang. Setengah hari berpuasa akan segera terlewati.