Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Guru

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Gout dan Saya: Sebuah Diari

18 Maret 2024   03:53 Diperbarui: 18 Maret 2024   04:17 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sensasi nyeri yang nyaris hilang agak terhambat oleh nada paragraph ini. Saya merasa dihakimi. Saya harus menata kembali moral saya. Saya agak tersinggung. Dan, nyut, sensasi denyut kembali memompa. Saya harus ganti bacaan.     

Pilihan jatuh kepada George Nuki & Peter A. Simkin melalui tulisannya, A concise history of gout and hyperuricemia and their treatment. Saya membaca:

"Pertama kali diidentifikasi oleh orang Mesir pada tahun 2640 SM, podagra (asam urat akut yang terjadi pada sendi metatarsophalangeal pertama) kemudian dikenali oleh Hippokrates pada abad kelima SM, yang menyebutnya sebagai 'penyakit yang tidak dapat disembuhkan'. Istilah ini berasal dari kata Latin gutta (atau 'jatuhkan'), dan mengacu pada kepercayaan abad pertengahan yang berlaku bahwa kelebihan salah satu dari empat unsur -- yang dianggap menjaga kesehatan dalam keseimbangan -- akan, dalam keadaan tertentu, 'jatuh' atau mengalir ke sendi, menyebabkan nyeri dan peradangan. Sepanjang sejarah, asam urat telah dikaitkan dengan makanan kaya dan konsumsi alkohol berlebihan. Karena jelas terkait dengan gaya hidup yang, setidaknya di masa lalu, hanya mampu dimiliki oleh orang kaya, asam urat disebut sebagai 'penyakit raja'."

Bila Bhattacharjee memberi kesan pertama yang lucu, maka Nuki & Simkin membuat saya bersyukur. Betapa tidak, ternyata asam urat konon dulunya hanya diidap oleh orang kaya dan raja.  Meski sangat bisa diperdebatkan -- keberlakuannya untuk saya -- namun,  ini jauh lebih membumi daripada kisah mitologis asam urat versi Bhattacharjee. Kemudian saya lanjutkan bacaanya.  

 "Artritis gout adalah salah satu penyakit paling awal yang diakui sebagai entitas klinis. Pertama kali diidentifikasi oleh orang Mesir pada tahun 2640 SM, podagra (asam urat akut yang terjadi pada sendi metatarsophalangeal pertama) kemudian dikenali oleh Hippokrates pada abad kelima SM, yang menyebutnya sebagai 'penyakit yang tidak dapat disembuhkan'. Beberapa persepsi klinis Hippokrates yang luar biasa sehubungan dengan asam urat disimpan dalam kata-kata mutiara, yang masih berlaku saat ini dan 2500 tahun yang lalu. Hippokrates juga mencatat hubungan antara penyakit ini dan gaya hidup yang berlebihan, menyebut podagra sebagai 'radang sendi orang kaya', dibandingkan dengan rematik, radang sendi orang miskin. Enam abad kemudian, Galen adalah orang pertama yang mendeskripsikan tophi, endapan monosodium urat yang mengkristal yang dapat terjadi setelah hiperurisemia yang sudah berlangsung lama. Galen mengasosiasikan asam urat dengan pesta pora dan tidak bertarak, tetapi juga mengakui sifat keturunan yang sebelumnya disebutkan oleh senator Romawi Seneka."

Nada paragraf terakhir dari Nuki & Simkin senada dengan Bhattacharjee. Gaya tutur yang pertama lebih lembut daripada yang kedua. Hanya saja, ternyata ada sisipan kelucuan, meskipun berbau dark joke, bahwa podagra (asam urat akut) menurut Hippokrates sebut sebagai radang sendi orang kaya sementara rematik adalah radang sendi orang miskin. Kali ini saya hanya 'nyengir'.

Sebuah Jalan Tengah  

Selesai membaca, meskipun sensasi sakit relatif mereda, namun secara klinis tetap harus diobati. Selain minum obat dan mengurangi gerak khususnya pada bagian yang mengalami peradangan, mengkonsumsi air putih dalam jumlah yang cukup juga sangat membantu.

Dan satu lagi yang terpenting selain berdoa, saat berhadapan dengan asam urat adalah mencari kelucuan bahkan saat puncaknya sensasi denyutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun