Memaknai Berbagi Takjil di Jalanan, Apa Sasaran yang Dituju?
Oleh : Dodi Putra Tanjung
Ramadhan, identik dengan takjil, baik yang berjualan takjil maupun yang berbagi takjil. Nah, soal berbagi takjil ini adalah suatu kegiatan sosial yang kerap dilakukan oleh organisasi masyarakat, organisasi pemuda, LSM bahkan instansi pemerintahan.
Caranya kalau di instansi pemerintah tentu dengan dana yang ada di instansi mereka. Namun bagi organisasi kemasyarakatan yang tidak ada dana taktis, kegiatan berbagi takjil ini dilakukan dengan meminta sumbangan dari anggota dan dari donatur. Biasanya pengumpulan sumbangan untuk kegiatan berbagi takjil ini dilakukan jauh hari sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. Bisa dengan membuat proposal, namun saat ini kerap menggunakan media sosial seperti WA grup.
Nanti bila sumbangan untuk takjil ini sudah terkumpul baru ditentukan waktu dan tempat pelaksanaan. Biasanya ini dilakukan di persimpangan jalan atau di depan kantor organisasi atau instansi tersebut. Dan prosesnya tidak lama, hitungan menit takjil yang dananya dikumpulkan berhari-hari tersebut akan habis terbagikan kepada pengguna jalan, baik pengguna kendaraan bermotor atau roda empat.
Dan sasaranya tidak ditentukan, siapa yang lewat makan dia yang dapat. Namun efektifkah?, atau semua pengguna jalan akan menikmati takjil tersebut?. Ini tergantung orang yang menerima, kalau masyarakat kelas bawah yang kebetulan lewat tentu akan menerima apapun bentuk dan kemasan takjil yang diberikan, tapi bagi pengendara mobil yang tergolong berada, yang punya selera sendiri dalam hal takjil, belum tentu takjil kemasan plastik itu akan mereka manfaatkan, apalagi bagi mereka yang kebetulan ada agenda buka puasa bersama, tentu mereka sudah memesan tempat dan menu takjil sesuai selera mereka.
Jadi apa tujuan membagikan bantuan di pinggir jalan, dari analisa penulis tujuannya antara lain adalah sebagai eksistensi organisasi, dilihat oleh banyak orang. mudah di photo, yang dapat adalah yang punya motor atau mobil.
Namun ada yang tidak dapat manfaat dari berbagai takjil dijalan raya tersebut, yakni masyarakat miskin yang tidak punya kendaraan, masyarakat miskin yang tidak punya ongkos, masyarakat miskin yang tidak bisa jalan.
Rasanya, bila ini hal ini kita budayakan bisa menjadi riya dalam beragama.
Dan tentu saja tidak menyentuh semua lapisan masyarakat, apalagi masyarakat yang kurang mampu. Kita sendiri melihat langsung setiap sore, begitu banyak orang membagikan takjil dari berbagai kalangan atau organisasi dan instansi. Mereka membagikan di pinggir jalan. Setiap motor lewat (tidak pandang bulu, apakah mereka kategori mampu atau tidak), langsung saja diberikan takjil gratis.
Mirisnya kebanyakan pengguna motor atau mobil itu baru saja beli takjil atau mau ke pasar kuliner untuk beli takjil. Dan raasanya ini tidak tepat sasaran, lebih baik jika turun ke lapangan, langsung ke rumah- rumah yang layak untuk diberikan, atau ke panti asuhan. Karena terkadang mereka tidak punya motor untuk keluar, bahkan tidak cukup uang sekedar membeli takjil.
Kalau memang serius berkegiatan sosial dalam rangka berbagi di bulan Ramadhan ini, alangkah lebih baik dari awal ditentukan sasaran yang akan dituju. Mungkin bisa berkoordinasi dengan anggota organisasi atau instansi, barangkali saja di daerah tempat mereka tinggal ada masyarakat yang lebih kekurangan yang lebih butuh disentuh dengan kegiatan tersebut, dengan berbagi takjil kepada mereka tentu akan mendatangkan berkah kepada mereka dan juga kepuasan dari organisasi atau instansi yang membagikan takjil tersebut.