Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Penulis

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menjaga Hati atau Jari di Sosial Media

17 Mei 2019   02:33 Diperbarui: 17 Mei 2019   02:53 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjaga Hati atau Jari di Sosial Media
Sumber foto: republik.co.id

Kemajuan tekhnologi merupakan hal yang patut kita syukuri sekaligus halal dinikmati. Melalui kemajuan tekhnologi manusia terbantu, pekerjaan lebih cepat diselesaikan bahkan lebih efektif. Komunikasi kini tak terhalangi oleh jarak, bahkan bisa bertatapan langsung meski yang satu di Eropa dan satu lagi di Asia. Memang mengagumkan kemajuan tekhnologi yang sedang kita nikmati hari ini. 

Salah satu produk tekhnologi yang paling banyak digunakan dan terkenal adalah sosial media. Bahkan sosial media mejadi alat pemasaran produk dan jasa paling murah, jangkauan tak terbatas. Sosial media juga membantu kita (manusia) menambah teman, sehari satu teman bisa terealisasi berkat jasa sosial media. Melalui sosial media pula akses informasi kita dapati lebih cepat dibandingkan sebelum lahirnya sosial media. 

Tak ada gading yang tak retak, demikian pula yang terjadi pada sosial media. Dibalik sisi positif, selalu ada sisi negatif. Sosial media juga memiliki sisi negatif meski sesungguhnya yang melakukan kita (manusia). Dan sosial media bukan hanya menciptakan gap ketika duduk semeja ketika ngopi, sosial juga membentuk karakter malas berpikir. Malas pula meneliti terutama terhadap informasi yang disebarkan di sosial media.

Era Post-Truth ditandai dengan kaburnya sebuah kebenaran. Kadang yang salah dianggap benar dan sebaliknya demikian. Media sosial menjadi salah satu sumber tersebarnya hoax (berita bohong). Jika kita merujuk hasil riset  Wearesosial Hootsuite yang dirilis Januari 2019 pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi. Jumlah tersebut naik 20% dari survei sebelumnya. Sementara pengguna media sosial mobile (gadget) mencapai 130 juta atau sekitar 48% dari populasi.

Bayangkan bila sebuah berita hoax disebarkan melalui sosial media, dalam sehari berapa orang akan tertipu. Ketidakmampuan mendeteksi atau malas mendeteksi berita bohong akan berakibat fatal. Dampak sosialnya bahkan dapat memecah bangsa Indonesia. Apalagi bisa kebohongan itu memasuki ranah identitas, ideologi dan agama. Maka kemudian yang terjadi saling caci maki  di media sosial. Karena bulan Ramadhan menjadi momen untuk melatih diri dalam bermedia sosial.

Pertama jangan asal sebarkan sebuah informasi tanpa mengecek kebenaran. Kedua jangan terpancing untuk mencaci maki karena sebuah cacian yang dibalas cacian sama dengan mencaci diri sendiri. Tahanlah diri sebulan ini agar 11 bulan kedepan kita lebih bijak menggunakan media sosial. Puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga akan tetapi menahan diri dari kemudharatan penggunaan sosial media. Selamat berpuasa dan bijaklah bersosial media.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun