Dwi Indah Fatmawati
Dwi Indah Fatmawati Guru

Just an ordinary human

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Kembalinya Kemeriahan Ramadhan

4 April 2022   03:41 Diperbarui: 4 April 2022   05:32 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kembalinya Kemeriahan Ramadhan
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bulan yang penuh berkah yang dinanti oleh seluruh umat muslim telah tiba. Tanda-tanda kedatangannya pun terlihat dimana-mana. Tengok saja di berbagai minimarket atau supermarket, tumpukan kue-kue kering khas lebaran telah berderet rapi bahkan sebelum bulan puasa datang. 

Persiapan begitu katanya. Belanja-belanja sebagai persiapan puasa dan hari raya dilaksanakan mulai bulan Sya'ban. Aneka kue kering, sirop, baju, mukena dan aneka pernak-pernik hari raya mulai ramai menampakkan diri dengan segala iklannya yang membuat kita tertarik untuk membelinya.

Wajar saja, pada momen puasa dan lebaran biasanya keluarga yang jauh, orang-orang yang telah merantau ke daerah bahkan negeri lain banyak yang pulang kampung dan berkumpul dengan teman atau saudaranya di daerah asal. 

Apalagi tahun ini mudik juga sudah diperbolehkan. Tentu hal ini akan dimanfaatkan banyak orang untuk menengok, berkumpul dan kembali pulang ke tanah kelahiran mereka. "Mudik" begitu istilah yang umum dipakai.

Konsumsi masyarakat pada menjelang bulan puasa dan hari raya Idul Fitri memang cenderung meningkat. Masakan sehari-hari pun berubah menjadi masakan yang istimewa karena telah menjalani ibadah puasa. 

Para ibu rumah tangga berusaha sebaik mungkin menyiapkan menu berbuka dan menu sahur yang lengkap 4 sehat 5 sempurna agar anggota keluarganya terjaga kesehatan serta semangat menjalankan ibadah puasa.

Ramadhan kali ini kembali meriah, tidak seperti yang terjadi tiga tahun yang lalu, dimana terjadi pembatasan kegiatan baik itu sewaktu sholat tarawih maupun sholat Ied. Belum lagi adanya larangan mudik serta dihapusnya cuti bersama untuk hari raya Idul Fitri. Suasana Ramadhan tahun-tahun kemarin terasa sepi dan hambar. Berbeda dengan tahun ini, masjid dan musholla kembali rmaai dengan jamaah, pun suasana di jalanan kembali ramai.

Pedagang masakan musiman yang hanya berjualan di bulan puasa juga banyak bermunculan di sepanjang jalan. Mereka menawarkan aneka menu masakan, kue, berbagai minuman dan es sebagai menu berbuka. 

Keluarga yang memiliki kerepotan tinggal memilih saja menu yang ada dan tidak perlu kerepotan memasak. Demikian juga dengan menu sahur, meskipun tidak seramai pedagang menu berbuka namun pedagang makanan sahur ternyata juga mulai banyak diminati apalagi di daerah yang banyak kos-kosan dan anak kuliah.

Suara tadarus dan tarawih dimana-mana, serta suara para remaja yang membangunkan sahur menjadi salah satu khas dari nuansa Ramadhan di negara kita. 

Suasana yang sangat pasti dirindukan oleh semua orang. Musik dan yel-yel yang digunakan untuk membangunkan sahur bahkan sampai dilombakan. Musik patrol begitu biasanya mereka disebut. Dengan kentongan atau berbagai alat dapur yang dibunyikan dengan harmoni menghasilkan musik kreatif untuk membangunkan para warga untuk sahur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun