Penulis Buku Pengabdian Literasi Sang Guru (2023) | Menggapai Cahaya Ramadhan dengan Tadarus Pendidikan (2023) | Guru Pembelajaran Sepanjang hayat (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023) | Antologi Dibalik Ruang Kelas (2024) | Guru SMA |
Work, Life, Ibadah Balance: Kehidupan Profesi Guru
Tet...Tet..(Jam pertama sudah dimulai silahkan masuk ke kelas masing-masing) Berbondong-bondong siswa masuk kekelas tidak terkecuali guru yang sudah siap sebelum 07.30 pagi, pulang jam 16.45. Itu menjadi kegiatan yang rutin dilakukan selama 12 bulan kecuali ketika sedang melaksanakan ujian. Tiba waktu bagi rapot siswa riang gembira menyambutnya karena setelah itu ia akan libur, namun tidak dengan guru yang tetap diwajibkan masuk karena harus mengisi absen demi cairnya tunjangan daerah. Sebagian guru bahkan tetap masuk dengan diselenggarakan pelatihan yang disiapkan oleh pengelola sekolah. Sehingga terkadang bagi yang tidak bisa memanagemen waktu, maka waktu dengan keluarganya akan tersita dengan pekerjaan itu.
Ketika malam tiba bagi guru perempuan dia akan menyiapkan makanan untuk anggota keluarganya, jika tidak sempat biasanya membeli makanan di warung pinggir jalan. Dengan aktivitas padat yang dilakukan seorang guru tersebut dalam seminggu harus mengajar 24 jam demi terpenuhi syarat sertifikasi, sehingga ketika dirumah tinggal lelahnya saja, mengajak anak dan suami ngobrol pun males-malesan. Sehingga habis isya mata sudah tertutup jika tidak ada tugas sekolah yang dibawa kerumah seperti memeriksa, menilai, dan sebagainya.
Apalagi jika ditugaskan kepada guru tersebut tugas tambahan seperti wakil kepala sekolah atau bendahara, maka waktu untuk menyiapkan pembelajaran yang bermakna pun tersita, ditambah dengan deretan permintaan administrasi yang tak kunjung berhenti. Menghadapi berbagai curhatan,hingga mengurusi anak yang "bermasalah"menjadi makanan sehari-hari yang harus menghasilkan solusi,walaupun diri guru itu sendiri penuh dengan masalah yang perlu solusi juga.
Menjadi guru tidak mudah seperti yang dilihat ternyata. Tekanan, tanggungjawab, dan sosok teladan menjadi satu dalam diri guru. Ia tersenyum, tertawa di depan kelas demi melayani siswa yang terkadang hanya menutupi mendung masalah yang sedang terjadi di dalam dirinya. Jika tidak ada didalam diri tersebut hati yang luas maka tinggal menunggu waktu saja stress akan melanda.
Kehidupan era sekarang membawa pengaruh signifikan. Dahulu alasan orang ingin menjadi guru karena banyak waktu luangnya sehingga guru tersebut dapat juga fokus mendidik anaknya dirumah. Namun sekarang banyak guru yang senior bahkan minta cepat-cepat pensiun agar tidak dibebankan aneka ragam administrasi yang sebagian guru tersebut memang tidak bisa mengoperasikan teknologi.
Perlunya keseimbangan aturan kebijakan dan menyadarkan kepada semua pemangku kebijakan mengenai makna guru tersebut. Penulis mengutip perkataan dari Imam Al Ghazali mengenai makna guru bahwa orang yang berilmu, beramal, mengajarkan ilmu dan memberi manfaat bagi kehidupan akhirat serta menunjukkan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Refleksi untuk semua pemangku kebijakan, apakah aturan yang dibuat sekarang ini dapat menunjukkan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT? Apakah kebijakan yang dilakukan sekarang ini sungguh membuat peserta didik dapat bermanfaat ? Perlunya sikap seperti Umar bin Khattab yang ketika tengah malam tiba tanpa dikenali orang ,beliau berkeliling wilayahnya sehingga dapat mengetahui kebutuhan apa yang di rasakan oleh masyarakatnya bukan hanya mendengar dari bisikan atau hanya data di atas kertas.
Analogi kisah Umar bin Khattab tersebut bukan berarti menyuruh stakeholder terkait untuk berkeliling tengah malam, namun kita dapat mengambil makna diantaranya adalah sebagai pejabat yang tanda tangannya berpengaruh bagi kehidupan orang banyak terkhusus profesi guru maka realitas harus diangkat permukaan. Didalam Islam agar kebijakan itu dapat bermanfaat untuk orang banyak maka kita bisa meneladani perkataan Umar bin Khattab bahwa "Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab". Tentunya makna perkataan ini bukan untuk menghisab kelebihan kita, namun adalah menelusuri kekurangan kita sehingga perbaikan berkelanjutanlah yang ingin dicapai dari kegiatan ini.
Apakah boleh menunjukkan kelebihan kita ? Tentu boleh dengan niat untuk mensyukuri nikmat (Tahadus bin Ni'mah). Namun alanglah tidak elok jika terlalu berlebih-lebihan (Glorifikasi) sehingga ketika orang lain menunjukkan kekurangan, kita pun marah,mengintimidasi, bahkan mengeliminasi orang yang menunjukkan hal tersebut.
Jadi usulan oleh penulis kita selama 12 bulan guru telah berjibaku dengan rutinitas yang sungguh melelahkan sehingga terdapat data yang disampaikan oleh Bapak Jokowi ketika Ulang Tahun PB PGRI mengatakan bahwa profesi guru paling tinggi tingkat stressnya, bahkan hingga terbanyak juga yang terjebak pada pinjol(Pinjaman Online). Apakah boleh 1 bulan saja diliburkan untuk guru fokus dalam beribadah dan waktu bersama keluarga? Bulan tersebut adalah bulan Ramadhan.
Penulis tadi siang melihat tiktok dari guru perempuan berjilbab bernama @afniwahyuni24 yang mengeluh karena sebagian muridnya tidak hadir kesekolah bahkan kata teman muridnya sudah direncanakan karena tidak kuat belajar.Mungkin agar profesi guru ini bisa mendapatkan keseimbangan baik dari work, life, dan ibadah yang seimbang bisa diterapkan kedalam bentuk aturan kebijakan mengenai liburnya aktivitas mengajar di sekolah selama Ramadhan. Siapa yang setuju aturan ini diberlakukan ?